Follow Us @soratemplates

18/12/12

Kepincut Rahne (Di Jarimu)

18.45 0 Comments

Di Jarimu.
Karya Bernard Batubara

Laksmi, dipermukaan mataku kau menuliskan luka,
Lalu memaksa bibirku yang sedang kau lumat dengan ucapan perpisahan membaca kata demi kata.
Kita begitu fasih mengahancurkan pilihan dan tak pernah tahu bagaimana caranya mengembalikan.
Sementara air mata sibuk mencari jalan pulang,
Takdir melingkar tenang dijarimu serupa kegagalan yang memaksa untuk diingat.
Aku tak mampu menulis ditanganmu,
Sebab sebuah genggaman tak cukup menahan puluhan rencana kepergian.
Kita begitu hapal cara saling menemukan,
Tapi tak pernah tahan bagaimana cara bertahan.
Didadamu ada tulisan yang tak pernah selesai.
Tentang rindu yang lumpuh ditengah jalan dan cinta yang mekar di tempat lain.
Jauh dari yang tak akan kembali,
Jauh dari yang tak akan pernah terjadi....




15/12/12

13/12/12

Kulum

10.46 0 Comments
Gunung masih menggunung.
Dalam limbah matahari yang bergelung didekap awan,
menggulung.
Kulum.

Mataku berkaca,
mendung.

Menguliti sajakku yang masih bingung.
Limbung.

28/11/12

Bukan Aku..., Tuan.

14.37 0 Comments
Picture

Janji bertemu.
Pagi itu seperti hantu, Tuan.
Tapi aku takkan merasukimu,
Tidak pagi ini, tidak saat bertemu, tidak untuk nanti-nanti.

Jika kau ingin merasakan, maka rasakannlah, cerita debu.
Membanjir, menyedak di lubang hidung dan menyesaki pipa-pipa dadamu.
Kemudian engkau terbatuk, terbatuk Tuan, anda ingin merasakan?
Aku tidak...

Langkah kakimu sudah terbaca, Tuan.
Bukan aku tak tau, tapi tak mau,
Bukan aku.

Janji pagi itu, Tuan.
Seperti embun yang akan habis dalam hitungan menit,
Melaju bersama waktu dan bayangan tubuhmu yang bergerak maju.

Tapi bukan aku.

14/11/12

P.E.R.A.N

13.05 0 Comments


Picture
Dunia ini adalah permainan peran. Setiap orang memainkan satu peran yang tentu saja berbeda dengan peran orang lain. Untuk membuat sebuah cerita utuh, tidak mungkin ada peran yang sama dalam satu pertunjukan.

Putri, semua wanita ingin menjadi putri dalam sebuah pertunjukan. Menjadi tokoh sentral yang mendapatkan banyak simpati, empati, dan perhatian. Tapi tidak mungkin dalam satu pertunjukan semua pemain menjadi tokoh sentralnya.

Tugas pemain adalah memainkan perannya dengan sebaik-baiknya. Misal menjadi putri, jadilah putri yang terbaik dan memesonakan penonton. Misalkan menjadi Upik Abu, jadilah Upik Abu yang hebat hingga penonton mendapatkan emosi dari pertunjukan itu. Tapi, Upik Abu tidak pernah mendapatkan empati, simpati, dan perhatian seperti halnya Putri. Sebagus apapun lakonnya waktu itu.

Upik Abu, jika ia benar-benar memerankan lakonnya itu dengan baik, itu hanya akan diapresiasi oleh rekan sesama pemain, Sutradara, teman-teman dekat dan keluarga. Itupun bukan sebagai Upik Abu, tetapi sebagai dirinya, dirinya yang begitu habat memerankan Upik Abu, dirinya yang merupakan pribadi sesungguhnya. Sedang Upik Abu, sehebat apapun dia dilakonkan, tetap tidak akan mendapatkan simpati, empati, dan perhatian seperti Putri.

Kalau dunia ini adalah permainan peran, panggung sandiwara, setiap orang memerankan A, B, X, apalah… lalu, siapa kita sebenarnya? Siapa kita tanpa topeng peran itu?

Betapa lelahnya jika kita terus menerus memainkan suatu peran dalam kehidupan. Peran adalah tuntutan yang diinginkan sutradara dan yang diinginkan audience, mereka menginginkan suatu pertunjukan berisi cerita yang hidup. Tapi kita, pemeran-pemeran itu, apa kita benar-benar ingin memerankan ini? Menciptakan cerita ini?

Betapa lelahnya jika kita terus menerus memainkan suatu peran dalam kehidupan. Peran adalah tuntutan yang diinginkan Tuhan dan masyarakat, mereka menginginkan suatu kehidupan yang wajar sesuai dengan kehendak dan aturannya, untuk menjadi suatu cerita yang sesuai dengan norma dan dapat diterima masyarakat. Tapi kita, pemeran-pemeran itu, apa kita benar-benar ingin memerankan ini? Menciptakan cerita ini?

Mungkin kita akan bahagia dan selalu siap sedia untuk berperan, jika peran kita adalah peran sentral. Berperan Putri atau Raja. Tapi jika selama ini peran kita adalah Upik Abu? Upik Abu, sehebat apapun dia dilakonkan, tetap tidak akan mendapatkan simpati, empati, dan perhatian seperti Putri.

Sialnya, pemeran tidak pernah menentukan sendiri ia ingin berperan sebagai apa. Untuk membuat pertunjukan yang sempurna, tentu diperlukan pemeran-pemeran yang sempurna untuk memerankan sebuah lakon. Sutradara, Sutradara akan menyeleksi pemeran-pemerannya. Kemudian berkata: “Putri itu cantik, kulitnya putih dan sikapnya lembut. Kamu tidak cocok untuk peran ini” atau “Peranmu sebagai Upik Abu yang bengis dan jahat. Kamu tidak perlu belajar sopan santun, sekarang cobalah belajar  sedikit beringas dan keji, oya.. kamu tidak perlu memepercantik diri. Perawatan yang kita sediakan hanya untuk Putri, selain itu tidak dapat fasilitas ini”

Ah, mungkin saja kehidupan ini bukan masalah memerankan sesuatu. Tapi berebut suatu peran.

Tanya kepada Tuhan, mengapa kita harus berperan menjadi orang yang kalah jika kita bisa menang? Mengapa harus berperan menjadi Babu jika bisa menjadi Raja. Mengapa yang menjadi Presiden itu dia bukan saya? Mengapa harus ada yang berperan sebagai pengemis dan anak jalanan yang terlunta-lunta. Tuhan, siapa yang membuat cerita?

Ah, tapi kemudian suara-suara berhamburan. “Aku bahagia menjadi bawahan, bukan atasan. Aku menikmatinya, aku menikmati peran ini”, “aku senang dapat berpartisipasi di bagian ini, meskipun aku bukan menjadi orang yang utama dan bahkan orang nggak akan memperhitungkan peran saya disini. Tetapi karena melihat pentingnya peran ini, saya bersedia memerankan. Meskipun tanpa ada apresiasi, pujian, atau kekaguman dari orang lain. Tapi, aku bahagia dengan peran ini

Jadi, ini bukan perkara berebut peran? Lalu apa?

Aaaarrgghh, aku menghancurkan panggung sandiwara dalam pikiranku. Tidak ada peran di dunia ini, tidak ada pertunjukan yang perlu ditunjukkan. Tidak ada perebutan peran untuk menjadi Putri, tidak ada kekecewaan untuk menjadi Upik Abu. Dunia ini bukan panggung sandiwara, bukan! bukan dunia ini! Tapi diri ini yang menjadi panggung sandiwara. Dan kita berperan untuk diri kita sendiri, bukan demi suatu cerita atau pertunjukan masyarakat. Putri dan Upik Abu dalam diri kita, ya.. mungkin kita memang sedang berebut peran. Kita mempertaruhkan segalanya untuk peran itu. Peran sentral untuk diri kita sendiri. Peran sentral untuk diri kita sendiri. Peran sentral untuk diri kita sendiri…!

Kita tidak sedang berperan apapun di dunia, dunia ini bukan panggung sandiwara. Panggung sandiwara justru ada di dada kita, kita sedang berebut peran, untuk menjadi pemeran sentral dalam diri sendiri. Mungkin saja,

08/11/12

Anak Mami (ke-2)

15.53 5 Comments
Sebelumnya, coba lihat dulu deh tulisanku berbulan yang lalu tentang Anak Mami. Sebenarnya aku nggak ada niat untuk mepublish tema ini secara bersambung, tetapi ternyata isu ini berkembang. Akhir-akhir ini ada beberapa teman (lagi) yang curhat masalah cowoknya, ya masih dengan tema yang sama, cowok yang kejam tetapi sangat dekat dan sayaaaang dengan ibunya. Akhirnya, aku membuat status dan mendapatkan tanggapan dari temen Psikologi -->

Status Facebook-ku 2 Nop 2012

(Daaan untuk kesekian kalinya (mungkin hampir sepuluh kali) dicurhati orang2 yang berbeda tentang cowok yang tegaan, super protektif, egois, menang sendiri, bahkan sampai menggunakan kekerasan fisik.

kemudian aku bertanya: "apa dia deket sama ibunya?" (Ini menjadi pertanyaan pertama yg langsung kutanyakan waktu diceritakan ttg kekerasan dalam pacaran tersebut)

daaan, mereka menjawab: " iya. padahal dia Deket. dekeeeeeeeet banget sama ibunya"

aku hanya bisa berkata pelan : mungkin, itulah akar masalahnya)
 Dan ini beberapa komentarnya :

Komen X : "hmmm, menurutku, mungkin fase Oedipus complexnya agak bermasalah atau sang ibu seringkali dianggap sebagai sosok lemah (dalam hal ini ayah sebagai yang dominan). Mungkin juga si lelaki sering melihat bahwa ibunya sering "dibully" ayah sehingga ia ingin melindungi pacarnya tapi yang keluar malah kayak gitu. Atau... dia punya keinginan untuk mendominasi yang cukup tinggi "

Komen Y : "hmm, mulanya aku berfikir tentang oedipus complex itu. Dan bisa juga karena anak ini menempatkan ibunya pada posisi yang sangat tinggi sehingga tak ada celah, keburukan, atau kesalahan yang dilakukan sang ibu (padahal ibu juga manusia, wajar kan kalau salah?) Nah, karena sang anak tidak bisa menyalahkan Ibu maka ia seperti melampiaskannya kepada wanita lain, pacarnya? -_-"

Komen X : "hmm, klo kasusnya kyk gitu menurutku justru g mungkin. Karena sang ibu yang tinggi dan tak bercelah, menurutku sang anak cowo akan sangat menghormati si ibu dan bangga akan kondisi tak bercelah itu. tapi, gimana klo logikanya diputar sedikit, si cowo bukan melakukan pelampiasan "menyalahkan ibu yang tak kesampaian" tapi kita ganti, bahwa si cowo berharp pacarnya menjadi sesuai dengan ibunya, kemudian frustrasi karena mendapatkan pasangan tidak sesuai dengan keinginannya. Gimana?" 

Komen Y : "Bisa jadi, tapi aku kepikiran tentang attachmnet/gaya kelekatan ibu-anak yang dikembangkan waktu bayi. Mungkin saja hubungan Ibu-anak ini attchmentnya insecure atau bahkan mengalami separation anxiety disorder. Insecure ini kemudian dikembangkan sampai dia dewasa, anak yang insecure akan sulit beradaptasi/mendapatkan teman, tapi ketika ia sudah mendapatkan satu saja teman yang dekat (pacar dlm hal ini) dia akan overprotectif dan overcontrol, karena dia merasa tidak aman." 

Jadi ceritanya  aku pernah mengambil mata kuliah psikologi perkembangan anak, dan salah satu materinya adalah tentang attachment/ gaya kelekatan. Gampangnya sih 'kedekatan ibu dan anak'. Ada 3 macam gaya kelekatan (aku pakai teorinya Ainsworth, bukan Bowlby) yaitu Secure, Insecure (Ambivalent), dan Avoidant. 
 
Secure adalah kelekatan orang tua (khususnya ibu) dan anak yang dibangun dengan baik, anak dekat dengan ibu dan memiliki rasa aman baik ketika dengan ibunya ataupun ketika tidak bersama ibunya. Rasa aman ini ada karena trust yang yang terbangun antara mereka berdua. Cirinya, mereka berdua dekat, tetapi anak/ibu tidak keberatan berpisah/ditinggal, keduanya tidak terlalu khawatir terhadap keadaan masing2. Anak yang secure akan mudah menyesuaikan diri dan merasa nyaman dengan lingkungan barunya.

Kelekatan Insecure atau ambivalen, anak ini juga dekat dengan ibunya, namun tidak disertai rasa aman karena tidak ada trust yang terbangun. Ciri dari kelekatan ini waktu kecil (mungkin sampai dewasa) anak tidak mau pisah sama orang tuanya, orang tua terlalu mengatur dan overprotektif terhadap anak. Kalaupun berpisah, maka keduanya akan sangat mengkhawatirkan satu sama lain (ditelfon setiap beberapa jam misalnya, dan ibu menanyai setiap detail yg dilakukan anak).

Kelekatan ketiga adalah avoidant, anak dan orang tua tidak terlalu dekat. Orang tua/anak tidak keberatan kalau berpisah, mereka berdua tidak biasa mengungkapkan perasaan sayangnya baik dalam perbuatan maupun perkataan. Ciri anak dengan kelekatan ini adalah, dia bakal nggak nyaman dengan hubungan dekat yg melibatkan emosi. 

Nah, dalam buku psikologi sosial (bukunya Sears) menuliskan bahwa gaya kelekatan ini akan mempengaruhi bagaimana kita menjalin relationship dengan orang lain. Kemudian aku mencari yang insecure attachment bagaimana pola relationshipnya, dan ternyata benar, dalam buku itu dituliskan bahwa insecuritas yang diperoleh dari orang tuanya akan diturunkan. Orang yang insecure akan cenderung mudah marah, gampang jealous, overprotektif, khawatir berlebihan, mengatur semua bagian kehidupan relasinya, menang sendiri terhadap relasinya (pacarnya misalnya). Hal ini dikarenakan si anak merasa tidak aman dan takut kehilangan, makanya dia tidak ingin 'kecolongan' dengan tidak mengontrol relasinya. Kalau relasinya tidak mau diperlakukan seperti itu, maka anak ini akan semakin marah, sampai2 menggunakan kekerasan agar relasinya mau menurutinya.


Lalu bagaimana?
Yah,  aku sendiri sih tidak memiliki ambisi untuk memecahkan masalah ini, tetapi yang perlu diingat adalah :
  1. Ibu harus paham bahwa anak itu titipan Tuhan, bukan milik ibunya. Ibu hanya perlu merawatnya, bukan menjadikan sebagai perhiasan emas ibu. Biarkan anak tumbuh menjadi dirinya sendiri, bukan wakil dari orang tuanya. Dalam Al-Quran, perawatan ibu terhadap laki2 hanya sampai usia baliq. Maka dalam usia itu biarkanlah anak menemukan dan mengaktualisasikan dirinya, jangan terlalu mencengkeram anak.
  2. Bagi pacar/relasinya yang lain, sikap itu bukan karena dia sayang sama kamu. Tetapi dia terlalu sayang pada dirinya sendiri. Dia tidak mau memahami dirinya sendiri, karena yang penting baginya adalah dia merasa aman. Aku tidak menyarankan untuk menurutinya karena memang itu sudah sifatnya sejak dari lahir, ubah! insecure bukanlah sifat yang baik. Ubahlah, bagaimanapun caranya.

30/10/12

Kita Tidak Lagi Saling Menyapa

00.25 3 Comments












Kita bukan dewa, tentu saja.

Suatu hari,
Mungkin ada saatnya kita sudah tidak lagi saling menyapa.

Bukan lupa atau tak berusaha,
Tapi memang sudah tidak terlalu peduli saja.



Kita bukan dewa,
kan?
ya?

Ada saatnya kita berhenti berucap selamat pagi selamat bermimpi,
Dan hilangnya suara sapa menjadi demikian biasa.
demikian biasa,

Kita tak akan rindu karena tak pernah menanam itu.


Ada kalanya kita berhenti untuk tidak peduli, dan menyapa lagi.
Entah dalam mimpi.

29/10/12

Tuhan, Tidak Ada.

00.59 4 Comments





Tidak ada yang perlu 'terlalu dikhawatirkan' kan, Tuhan?
Tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan.
Tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan.

Tak perlu terlalu khawatir,
Tidak perlu khawatir.
Tak perlu.
Tidak.

Tidak ada.

28/10/12

Pada Suatu Hari Nanti

20.02 0 Comments
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi diantara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati.

Pada suatu hari nanti,
Impiankupun tak dikenal lagi.
Namun disela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.

(Sapardi Djoko Damono)

22/10/12

19/10/12

17/10/12

Langit

10.39 0 Comments
Taken from here





Hujan. Sepertinya setiap orang suka akan hujan. Hujan akan mengingatkan mereka pada nostalgia-nostalgia masa lalu dan mengalirkan kembali kerinduan-kerinduan ke dalam hatinya. Kadang hujan akan membawa ketentraman dan kedamaian karena rintiknya yang menyerupai deraian musik. Bagi yang merasakan itu, tentulah hujan akan membuatnya ingin bernyanyi, menari dan merasakan sensasi dipeluk hujan. Sepertinya setiap orang suka akan hujan, kecuali aku. Aku membencinya, karena aku Langit.
~hujan bagiku adalah tangisan, air mata ~

Entahlah, aku hanya merasa dimanapun aku berada, aku selalu membentur sesuatu.

Bintang. Sepertinya setiap orang suka akan bintang. Cahayanya yang gemerlap seperti mahkota yang memancarkan kekuatan dalam jiwa-jiwa manusia. Kerlipnya yang lentik dan menyeruak seperti ratu cantik yang mengedip-kedipkan keindahan dalam mata manusia. Bintang adalah pesona luar biasa yang ditawarkan langit kepada manusia. “Itu bintangku, lihat itu yang paling terang yang paling indah, dia tetap ada disana meskipun yang lain tidak terlihat” ada harapan-harapan yang dilambungkan ketika seseorang melihat bintang. Keindahan yang mengagumkan. Sepertinya setiap orang suka akan bintang, kecuali aku. Aku membencinya, karena aku Langit.
~bintang bagiku adalah lubang-lubang luka, aku membencinya~

Entahlah, aku hanya merasa dimanapun aku berada, aku selalu berbeda.

Aku adalah langit, jubah angkasa, celestial dome. Aku akan selalu ada, untuk siapa saja, dalam keadaan apa saja. Orang yang mengenaliku pasti akan menyangka bahwa aku dekat, mudah di dekati, ramah dan menyenangkan. Yah, tidak susah bagiku untuk bergaul dengan mereka. Tapi juga, tidak susah bagiku untuk menjauhinya. Lucunya, orang yang merasa dekat denganku adalah orang yang sebenarnya jauh, dia yang tidak mengenal benar siapa aku. Suatu saat satu dua orang mendekatiku lebih dari yang lain, dan saat itu aku akan membuatnya sadar bahwa aku unreachable, aku akan menjauhinya.
Aku yakin, tidak ada satupun yang benar-benar tau tentangku. Jika ia melihat aku menjadi biru, kekuningan, orange, merah, atau hitam, itu hanya perpendaran, kamuflase, rayleigh scattering. Tak ada yang benar-benar tau seperti apa aku.

Aku menikmati tempatku yang tak terjangkau dan selalu sendirian. Apa aku kesepian? Kadang tapi itu jarang. Dari sini aku (tetap) bisa melihat tingkah polah manusia, melihatnya dari jauh. Aku tidak akan merasa kesepian.

Mungkin emosiku sedikit berbeda dengan orang lain. Meskipunn semua orang akan bisa melihatku kapan saja mereka mau dan sangat familier denganku kalau tidak dikatakan ‘kulina’. Tapi yang perlu disadari adalah aku bukan bagian dari mereka. Im on the outer space, aku di sisi dunia yang lain. Karena aku, Langit.

16/10/12

Rage!

15.11 2 Comments
Terus kalau saya melakukan apa saja  sendiri dan bahkan dosen-pun meninggalkan saya untuk bekerja sendiri, saya musti naroh rage comic ini gitu?








12/10/12

Sepuluh Menit Waktu

15.27 0 Comments
Sepuluh menit waktu,

Yang datang yang hilang yang terburu yang tak terkejar.

Aku tak pernah ingin menemuimu dalam suasana cengkraman sepuluh menit waktu.
Meredam semua suara di otak yang bergelayut seperti hantu.
Aku tak pernah benar-benar membuat keputusan dalam sepuluh menit waktu.

Yang terlewat,
Membiarkanku kehilangan segalanya.

Dalam sepuluh menit waktu, -untungnya- aku masih bisa menyebut nama-Mu,

:Jangan tinggalkan aku.

09/10/12

Skripsi.

16.25 2 Comments

Guys, baru kali ini aku secara terang-terangan nulis keluhan tentang skripsi. Karena sejujurnya aku menahan diri untuk tidak mengelah mengeluh masalah skripsi. Daaan, memang kekuatan manusia ada batasnya, tapi sungguh, pada kesempatan ini aku hanya menuliskan satu kalimat keluhan saja,, sungguh satu saja. Karena aku takut 'keikhlasan' dalam memuat puisi skripsi ini batal gara-gara kebanyakan dikeluhkan. Aku cuma mau bilang kalau....


AAAAAARRRGGGGG.......


KENAPA SIH MASALAH SKRIPSI SSAJA MUSTI GANTI DOSEN TIGA KALIII???????


end.

06/10/12

Pelajaran #2 Kata (الكلمة)

07.56 0 Comments
Kata (dalam ilmu nahwu diistilahkan al-kalimah) terdiri dari 3 jenis.
  1. Isim (الإسم) = kata benda.
    Yaitu kata yang menunjukkan makna orang, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, atau kata benda abstrak.
    Contoh:

    رَجُلٌ (rojulun) = seorang lelaki,

    أَسَدٌ (asadun) = singa,

    زَهْرَةٌ (zahrotun) = bunga,

    قَمَرٌ (qomarun) = bulan,

    القاَهِرَةُ (Alqoohiroh) = Kairo,

    يَومٌ (yaumun) = hari,

    اِسْتِقْلالٌ (istiqlaalun) = kemerdekaan.
    .
    Kita dapat mengenal isim pada kalimat dengan ciri-ciri berikut:
    • Berakhiran kasroh, seperti أنا في البَيْتِ, maka kata البيتِ adalah isim, sebab berakhiran kasroh.
    • Berakhiran tanwin, seperti رأيتُ رَجُلاً, maka kata رَجُلاً adalah isim, sebab berakhiran tanwin.
    • Diawali dengan alim lam, seperti الشمسُ شرقَتْ, maka kata الشمسُ adalah isim sebab diawali alim lam.
    • Di dahului huruf jar (kata depan), seperti نَظَرْتُ إلى السماء, karena إلى merupakan huruf jar, maka kata setelahnya yaitu السماء adalah isim.

  2. Fi'il (الفِعل) = kata kerja.
    Yaitu kata yang menunjukkan suatu makna yang berkaitan dengan waktu (lampau, sekarang, dan akan datang).
    Contoh:

    كَتَبَ (kataba) = dia (lk) telah menulis.

    يَكْتُبُ (yaktubu) = dia (lk) sedang/akan menulis.


  3. Huruf (الحرْفُ) = kata depan, kata penghubung, atau kata sambung.
    Yaitu kata yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali jika disandingkan dengan kata lain.
    Contoh:

    مِنْ (min) = dari,

    إلى (ila) = ke,

    فِي (fi) = di,

    بِ (bi) = dengan,

    وَ (wa) = dan,

    أوْ (aw) = atau,

    ثُمَّ (tsumma) = kemudian, dll.

    Untuk tau lebih lanjut tentang kalimah ini, berikut aku sertakan ebook yang memakai tulisan bahasa Indonesia *hammer*

    --> Mamahami Fi'il-Fi'il 
    --> Nahwu Praktis

     

Pelajaran #1 Kalimat Sempurna (الجُمْلَةُ المُفِيْدَةُ)

06.51 0 Comments





Kalimat sempurna adalah setiap lafadz yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memberikan makna yang sempurna.
Misalnya :

  • Lafadz قَـامَ زَيْدٌ (Qooma Zaidun) = Zaid berdiri, terdiri dari dua kata dan memberikan makna yang sempurna, maka dinamakan kalimat sempurna.
    Contoh lainnnya :
    Kalimat yang terdiri dari dua kata
    البستـــــــــــان جميــــــــــــل
    kebun itu indah
    اَلشّــــــــَمْشُ طَالِعَـــــــــةٌ
    matahari itu terbit
    بَسِيْــــــــــــرُ السَّـــــــحَابُ
    Awan bergerak
    يَنْقَطِــــــــعُ الْمَـــــــــطَرُ
    Hujan reda
    Kalimat yang terdiri lebih dua kata
    اَلطَــــــــائِرُ فَوْقَ الشَّجَــــــرَةِ
    Seekor burung di atas pohon
    اَلْبُسْتـَـــــــا نِيُّ يَجْمَعُ الأزْهَـــــارُ
    Pekebun itu mengumpulkan bunga-bunga
    يَفْتَـــــحُ مُحَمَّــــــــدٌ الْبَـــــــاب
    Muhammad membuka pintu
    اَلْكَلْبُ يَجْـــــــرِى فِى الشَّــــــــارِعِ
    Anjing berlari di jalan

    Contoh kalimat tak sempurna :

  • Lafadz أبو عَلِيٍّ (Abu 'Aliyyin) = Bapaknya Ali ..., terdiri dari dua kata, tapi tidak memberikan makna sempurna (tidak ada keterangan yang menjelaskan keadaan Bapak Ali), sehingga tidak dapat dikatakan kalimat sempurna, baru dikatakan kalimat sempurna jika lafadznya
    أبو عليٍّ مَريْضٌ (Abu 'Aliyyin Mariidhun) = Bapaknya Ali sakit.

Intinya, kalau dalam bahasa indonesia kita mengenal SPOK, nah dalam bahasa arab jika sudah memenuhi unsur SP maka sudah dapat disebut kalimat sempurna, asalkan memiliki makna yang sempurna.



Pembagian Jumlah Mufidah

Jumlah mufidah di dalam bahasa arab terbagi kepada dua:
  1. Jumlah Ismiyyah.
    Yaitu jumlah yang diawali dengan isim (Kata benda). Seperti:
    • أحَمدُ طالِبٌ (Ahmadu thoolibun) = Ahmad adalah seorang siswa. Jumlah (kalimat) tersebut diawali dengan أحمد sehingga dinamakan jumlah ismiyyah.

    • Demikian juga dengan kalimat زَيْـنَـبُ تَـكْتُـبُ رِسَـاَلةً (Zainabu taktubu risalaatan) = Zainab menulis sebuah surat.
  2. Jumlah Fi'liyyah.
    Yaitu jumlah yang diawali dengan fi'il (Kata Kerja). Seperti:
    • سَافَـرَ محمدٌ (Saafaro Muhammadun) = Muhammad berpergian. Jumlah (kalimat) tersebut diawali dengan سَافَـرَ (Saafaro), dimana سَافَـرَ merupakan fi'il, sehingga dinamakan jumlah fi'liyyah.

    • Demikian juga kalimat ضَرَبَ الوَلَدُ كَلْباً (Dhoroba al-waladu kalban) = Anak itu memukul seekor anjing
  3. Jumlah dengan kata yang tidak ada tanda isim dan fiilnya tetapi dapat dimengerti maknanya.

Selanjutnya tentang Fi'il dan Ismi akan dijelaskan di page berikutnya

Sumber:

http://www.alkhoirot.org/2012/06/ilmu-nahwu-kalam-isim-fiil-huruf.html#1

https://www.facebook.com/note.php?note_id=100142470985&id=92002408346&ref=mf

http://staff.undip.ac.id/sastra/fauzan/2009/07/22/kalimat-sempurna-%D8%A7%D9%84%D8%AC%D9%85%D9%84%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D9%85%D9%81%D9%8A%D8%AF%D8%A9/

Akhirnya belajar bahasa Arab

00.12 0 Comments
Yakh, beberapa minggu ini organisasi yang saya ikuti mengadakan semacam pelatihan behasa Arab, dasar, dasar banget. Bahkan ada temen yang tak tawari untuk ikut pelatihan ini bilang kalau dia sudah pernah belajar itu waktu SD. Haha... Tapi tak apalah, yang penting belajar, gak lucu kan nanti kalo (pada akhirnya) masuk surga mati gaya karena gak bisa bahasa arab, #Eh

Nah, karena ini pelatihan yang santai, maka kita belajarnya juga yang instan-instan, nggak ngoyo. Lagian Ustadz yang mengajarkan ini juga temenku sendiri, jadi enaklah. Lagian lagi (iya bahasa indonesia saya memang agak gimana) yang ikut juga mahasiswa semua, jadi nggak perlu disodorin satu2,  suruh ini suruh itu,
cukup dipancing aja dan kita akan bergerak sendiri mencari pemahaman yang lebih dalam.

Karena dalam kelas tersebut menggunakan buku kuning yang setengah gundul, dan secara aku nggak pernah dapat pelajaran bahasa arab, maka aku memutuskan untuk mencari sendiri setelah kelas sendiri. Hehe  jadi mule sekarang aku mau menulis menshare apa saya yang aku dapatkan di kelas bahasa arab ini. 

Ikuti label #Bahasa Arab#

05/10/12

Ya, Kamu Sendirian!

13.40 5 Comments

Picture taken here

Kamu lelah berjalan sendirian?  Ya, Kamu sendirian.


Kamu pikir, akan ada orang yang dengan rela menawarkan bantuan, ‘Hey.. bagaimana kamu? Ada yang dapat kulakukan untukmu? Mari kutemani menyelesaikan ini?’ 
Itu mimpi. Nyatanya semua orang hidup sendiri-sendiri.


See? Hidup sendiri-sendiri. Kamu sendirian!


Berhentilah merengek dan meminta bantuan, karena kamu memang sendirian. Jalani takdirmu sendiri, jangan ajak orang lain ikut meniti jalan takdir yang dibentangkan untukmu. Sadarilah : kamu sendirian.


Kamu pikir, bantuan-bantuan yang diberikan orang lain itu karena kamu? Bukan, mereka hanya memikirkan dirinya sendiri. Lihat hitung-hitungan diatas, menolong adalah perbuatan baik yang akan mendapatkan pahala. Pahala! itu yang penting dari mereka. Laba dari menolongmu, bukan kamu. Kamu tidak akan pernah berarti bagi siapapun. Mereka hanya menginginkan ‘ganti’ dari membantumu, upah yang pantas: pahala.


Seperti yang pernah aku katakan. Manusia hanya melompat dari satu keegoisan ke kegoisan yang lain. Hitung-hitungannya adalah untung rugi, dan apa yang menguntungkan baginya sendiri. Manusia lahir di dunia sendiri, mati sendiri, perbuatan selama hidup hanya untuk manusia itu sendiri, daan menyembah Tuhan pun demi kepentingan diri sendiri.


Jangan mengungkit! Ketika kamu menolong orang lain, itu untuk keuntunganmu sendiri. Ingat hitung-hitungannya: Pahala. Kalau kamu  menolongnya karena memang ingin menolongnya: itu salahmu. Dan apabila kamu mengharapkan orang itu menolongmu suatu ketika, ketika kamu membutuhkan bantuan, maka pahalamu akan batal kau dapatkan. Ingat: jangan mengungkit.


Kalaupun kamu sering ‘pasang body’ ketika temanmu butuh bantuan, itu salahmu.


Kalaupun kamu sering mengorbankan kepentinganmu demi orang lain, itu salahmu.


Kalaupun kamu sering kerepotan sendiri ketika melakukan sesuatu untuk orang lain, itu salahmu.


Kamu harus paham, Kamu sendirian.

Begitu juga Aku.