Follow Us @soratemplates

30/08/12

14.20 0 Comments
Aku wanita itu,
Katamu lagi.
Dalam cemburu yang membakar segumulan perasaan.
Kamu mengaduh dan mengeluh, lagi.

Sepertinya perasaanmu tak pernah tiba pada suatu tuangan kenyamanan.

22/08/12

Biru

19.55 0 Comments
Picture taken from here


Aku pernah melihatmu,
Suatu kali saat hujan turun diantara sajak cakrawala
Diantara itu juga kau tersenyum.


Bayangkan!
Kamu,
Hujan sedikit,
Dan senja yang menggantung pada cakrawala.


Bayangkan!
Kuwarnai apa bayanganmu saat itu?
Merah wajahmu?
Putih derai hujan?
Orange senja menggelantung dengan larik-latik jingga yang panjang?

Atau biru?

Mungkin biru,
Biru saja, kamu.

Aku pernah melihatmu,
Menjadi biru.

01/08/12

Tidak Mungkin

15.47 0 Comments

Picture taken from here
Menyisih,
Tercecar dan tercecer
Semua buyar dalam satu gertakan lebar
Memunggut satu persatu deguban jantung yang tergeser jatuh?
Tidak. Tidak mungkin.
Labirin yang memanjang, menekuk semua kekuatan dalam lipatan.
Tiba-tiba gersang pada kaki-kaki 
Terlihat tanah gemeretak
Hanya nanar menatap bayangan yang ikut retak,
Menyulam kembali benang-benang masalalu yang telah meretas belenggu?
Tidak. Tidak mungkin.

Tersisih,
Setiap perkataan menjadi terasa risih.
Setiap tatapan menjadi sedemikian perih.

Jika sarukan kaki yang melangkah pada masa depan hanya membuatmu semakin letih dan tertindih, 
Lepaskan saja.
Sudah, kita sudahi.
Hujan telah turun.

Mencintai Muhammad (SAW) -2-

13.52 1 Comments
 " Jika kisahmu diulang seribu tahun setelah kepergianmu, maka merek akan mencintaimu dan akan merasakan kehilangan yang sama dengan para sahabat yang menyaksikan hari terakhirmu, wahai, Lelaki yang cintanya tak pernah berakhir. Mereka membaca kisahmu, ikut tersenyum bersamamu, bersedih karena penderitaanmu, membuncah bangga oleh keberhasilanmu, dan berairmata ketika mendengar berita kepergianmu. Seolah kemarin engkau ada disini dan esok tiada lagi."




Hingga akhirnya saya bisa mencintai Muhammad, mengenal dan merasakannya. Bukan dari Sirah Nabawi atau dari ceramah agama, tetapi dari Novel yang ditulis Tasaro GK.

Novel 1 : lelaki penggengam hujan
Novel 2 : Lelaki Pengeja Hujan



Hingga akhirnya aku bisa mencintai Muhammad (SAW), cinta yang sebenarnya cinta, bukan karena tuntutan kelompok atau alasan normtif. Hormat yang teramat tinggi karena kecerdasannya, cinta yang teramat besar pada kelembutan hatinya.
Dan, mungkin baru kali ini aku bisa menangis atas apa yang beliau rasakan. Merasakan beban berat membawa risalah,merasakan sakit atas penolakan yang diakukan kaumnya, merasakan kemarahan yangkemudian tertahan dan (ini yang aku tak mampu berempati), memaafkan. Terngiang kisah Wahsyi, betapa sakit hatinya Nabi Muhammad, duka yang panjang ketika mengetahui Hamzah tewas dalam peperangan, si singa padang pasir itu mati tertusuk tombak didadanya, bukan hanya itu. Wahsyi, orang yang melepaskan tombak, merobek dada dan perut Hamzah dan mengambil hati-nya untuk diserahkan kepada wanita paling kejam, Hindun. Dengan begitu, Wahsyi akan mendapatkan kemerdekaannya, terbebas dari budak. Pertistiwa yang begitu menyayat dan tak termaafkan –bagi orang biasa- lihat saja keadaan saat ini, saat umat Islam mengarahkan pandangannya ke kejaman yang terjadi di Rohingnya dan Palestina. Adakah umat Islam akan memaafkan perbuatan mereka? Tidak, saat ini yang sedang berkibar dalam benak umat Islam adalah mengutuk perbuatan itu seburuk-buruknya, mengeluarkan sumpah serapah atas nama Allah, dan sebisa mungkin memberikan hukuman seberat-beratnya kepada pelaku. Rasulullah? Bukankah Ia tak pernah berdoa untuk keburukan orang lain? Bukankan Ia memasrahkan segalanya ke tangan Allah. Apa hasilnya? Sudah banyak sekali kekuatan-kekuatan Islam –Hamzah,Khalid,dll- yang merupakan kekuatan utama Umat Islam pada masanya, sebelumnya merupakan musuh utama umat Islam. Ah, seandanya kita belajar. Wahsyi, ya Wahsyi juga begitu. Hingga suatu saat hatinya menangis melihat kebenaran agama Islam, ia datang kepada Rasulullah dengan langah tersendat. Bayangkan, jika ada seseorang yang membunuh anggota keluargamu dengan kejam kemudian datang untuk meminta maaf – mari berempati sebentar, misalnya kasus Xenia maut kemarin, salah satu dari keluargamu menjadi korban dan Afriani tiba2 datang kerumah meminta maaf karena saat itu ia sedang mabuk, apa kamu dan keluarga mau memaafkan begitu saja?- Itulah kenapa langkah Wahsyi tersendat, tapi andaikata hukuman baginya adalah dibunuh, maka ia siap dibunuh. Tapi apa yang terjadi, Rasulullah memaafkan. Begitu saja. Meskipun kemudian beliau menyuruh Wahsyi pergi jauh, janga sampai Rasulullah melihat wajahnya. Pada moment ini aku menangis (lagi). Taukah, Wahsyi juga sedemikian perih hatinya karena Rasulullah memalingkan wajahnya. Dan taukah, Wahsyi setelah ia masuk Islam, ia sungguh menjadi orang yang sepenuh hati mencurahkan apapun yang ia miliki untuk Islam, dalam keadaan apapun. Ketika banyak terjadi fitnah dan goncangan sepeningal Muhammad, Umat Islam banyak yang membangkang, Agama Islam dalam keadaan goncang pada tahun-tahun pertama sepeninggal Nabi, banyak yang berpaling meninggalkan agama. Tapi Wahsyi, tak pernah sedikitpun kepercayaannya goyah. Hingga pada akhirnya, ketika berpaling dari Islam menjadi hal yang paling menguntungkan dibanding apapun, Wahsyi tetap berada di barisan orang2 yang berjuang yang semakin sedikit, suatu malam, di jeda antara peperangan, ia bermimpi, Hamzah mendatanginya, tersenyum padanya. Wahsyi kemudian terbangun dan bahagia tiada tara, ia heboh diantara kawan-kawannya yang dilanda putus asa, Hamzah memaafkannya. Pada moment ini aku menangis (lagi).

Terlalu banyak, terlalu banyak tangisan yang mengelimpang diantara lembar-lembar novel ini. Sungguh, diberi kesempatan untuk bertemu Muhammad adalah suatu keberuntungan. Hal yang paling menyesakkan adalah ketika hari-hati terakhir beliau di dunia. Betapa banyak petunjuk. Pada moment ini, tangis begitu panjang.