Follow Us @soratemplates

29/09/12

13.07 0 Comments
BAGIAN 1. PENDAHULUAN

Tahap Pertama
Mengenali istilah-istilah dasar dalam bahasa arab
Dalam bahasa arab kata disebut dengan al-Kalimahal-Kalimah dibagi menjadi 3; isim(kata benda), fi’il (kata kerja) dan harf (kata depan).  Suatu susunan kalimat sempurna dalam bahasa arab disebut dengan al-Jumlah al-Mufidah/al-Kalam.
Ada  4 syarat jumlah mufidah, yaitu: [1] Berupa lafazh, yaitu suara yang terdiri dari huruf-huruf hija’iyah, [2] Tersusun (murokkab) lebih dari satu kata, baik tampak maupun tidak tampak/ada yang disembunyikan, [3] Berfaedah sempurna (mufid), artinya pendengar tidak menyimpan tanda tanya lagi setelah kalimat itu diucapkan karena ada sesuatu yang kurang lengkap dalam kalimat tersebut, [4] Mengikuti kaidah penyusunan kalimat dalam bahasa arab dan menggunakan bahasa arab, bukan bahasa selain arab (bil wadh’i).
Tahap Kedua
Mengenali Isim, Fi’il dan Harf

al-Kalimah atau ‘kata’ sebagaimana sudah diterangkan di atas terdiri dari isimfi’il danharf.  Berikut ini akan dijelaskan lebih detil mengenai ketiga macam kata tersebut, mulai dari pengertian, ciri-ciri, serta pembagiannya.

Pengertian Isim: Isim adalah suatu kata yang menunjukkan suatu makna sempurna dengan sendirinya dan tidak menggambarkan latar belakang waktu kejadian, dalam bahasa Indonesia isim dikenal dengan istilah ‘kata benda’. Kata benda ini bisa mencakup manusia, hewan, benda mati, tumbuhan, dan lain sebagainya.
Ciri-ciri Isim: Isim bisa dikenali dengan melihat ciri yang ada padanya, di antara ciri tersebut adalah: [1] Bisa dikasrah akhir katanya, [2] Bisa ditanwin akhirannya, [3] Bisa diberi alif-lam (al) di awalnya, [4] Didahului oleh harf jer (akan diterangkan nanti di bagian harf)
Pembagian Isim: Isim dapat dibagi berdasarkan bilangannya menjadi 3 jenis: [1] Isim mufrad; yaitu yang menunjukkan tunggal. [2] Isim mutsanna; yaitu yang menunjukkan ganda/dua. [3] Isim Jamak; yaitu yang menunjukkan banyak/lebih dari dua. Selain pembagian ini masih ada pembagian lain yang akan diterangkan di belakang, insya Allah.
Pengertian Fi’il: Fi’il adalah suatu kata yang menunjukkan suatu makna sempurna dengan sendirinya dan menggambarkan latar belakang waktu kejadian, dalam bahasa Indonesia fi’il dikenal dengan istilah ‘kata kerja’. Namun, terdapat sedikit perbedaan yaitu dalam bahasa arab bentuk kata kerja itu berubah sesuai dengan latar belakang waktu kejadiannya, tidak sebagaimana pada bahasa Indonesia. Kata kerja ini mencakup kata kerja lampau (fi’il madhi), kata kerja sekarang/akan datang (fi’il mudhari’), dan kata kerja perintah (fi’il amr).
Ciri-ciri Fi’il: Fi’il bisa dikenali dengan melihat ciri yang ada padanya, di antara ciri tersebut adalah: [1] Didahului dengan kata qad (sesungguhnya), [2] Didahului dengan katasaufa (kelak), [3] Didahului dengan kata sa (akan), [4] Diakhiri dengan ta’ ta’nits sakinah(huruf ta’ sukun yang menunjukkan pelakunya adalah perempuan), [5] Bisa bersambung dengan ta’ fa’il (huruf ta’ yang menunjukkan pelaku), [6] Bisa bersambung dengan nun taukid (huruf nun tasydid yang menunjukkan penegasan)
Pembagian Fi’il: Fi’il dapat dibagi berdasarkan bentuk penunjukan waktunya menjadi 3: [1] Fi’il madhi; menunjukkan suatu kejadian/perbuatan di waktu yang telah berlalu. [2]Fi’il mudhari’; menunjukkan suatu kejadian/perbuatan di waktu yang sedang berjalan atau akan datang. [3] Fi’il amr; menunjukkan tuntutan akan terjadinyaa suatu perbuatan di masa depan/sesudah waktu pembicaraan.
Pengertian Harf: Harf adalah suatu kata yang menunjukkan suatu makna sempurna tidak pada dirinya sendirinya, artinya dia memerlukan kata yang lain (isim atau fi’il) untuk menyempurnakan maksudnya.  Harf semacam ini disebut juga dengan harf ma’ani; huruf yang bermakna. Karena di sana terdapat juga jenis harf lain yang tidak bermakna dan disebut dengan harf mabani yaitu huruf-huruf hija’iyah (alif sampai ya’). Di antara contoh harf ma’ani adalah harf jer, yaitu harf yang menyebabkan isim sesudahnya menjadi kasrah.
Ciri-Ciri Harf: Harf tidak memiliki ciri khusus sebagaimana halnya isim atau fi’il.
Pembagian Harf: Harf dapat dibagi menjadi 3: [1] Harf yang bisa masuk kepada isim saja, contohnya adalah harf jer [2] Harf yang bisa masuk pada fi’il saja, contohnya harf lamdan lan [3] Harf yang bisa masuk kepada isim maupun fi’il, contohnya wa (yang artinya; dan).
Tahap Ketiga
Mengenal keadaan akhir kata
Dalam bahasa arab, akhir kata itu bisa berubah, dan ada juga yang tetap. Peristiwa perubahan akhir kata ini disebut i’rab. Kata yang bisa berubah akhirannya disebut dengan kata yang mu’rab. Adapun peristiwa tetapnya akhir kata disebut dengan istilah bina’. Kata yang senantiasa tetap keadaan akhirnya disebut dengan kata yang mabni.
Tahap Pertama:
Mengenal Macam-Macam I’rab
Sebagaimana sudah diterangkan di depan, bahwa dalam bahasa arab kata itu terbagi menjadi isimfi’il dan harf. Apabila ditinjau dari keadaan akhir katanya masing-masing kata tersebut dapat dirinci sebagai berikut: [1] Isim, ada yang mu’rab –akhirannya bisa berubah- dan ada yang mabni -akhirannya selalu tetap-, [2] Fi’il, ada yang mu’rab dan ada yang mabni, [3] Harf, semuanya mabni.
Macam I’rab: I’rab ada 4 macam: rofa’, nashab, jer/khafdh, dan jazm. I’rab yang ada pada isim adalah rofa’, nashab, dan jer. Adapun i’rab yang ada pada fi’il adalah rofa’, nashab dan jazm. Kata yang i’rabnya rofa’ disebut marfu’. Kata yang i’rabnya nashab disebut manshub. Kata yang i’rabnya jer disebut majrur. Dan kata yang i’rabnya jazm disebut majzum. Maka isim itu ada yang marfu’, ada yang manshub, dan ada yang majrur(tidak ada isim majzum). Sedangkan fi’il, ada yang marfu’, ada yang manshub, dan ada yang majzum (tidak ada fi’il majrur).
Tahap Kedua:
Pengenalan Isim Mu’rab dan Isim Mabni
Isim Mu’rab: adalah isim yang akhir katanya bisa berubah karena perubahan kedudukan/jabatan kata (misal sebagai pelaku) atau karena adanya kata lain yang mendahuluinya (misal harf jer). Isim mu’rab ada 9, yaitu: isim mufrad, mutsanna, jamak mudzakar salim, jamak mu’annats salim, jamak taksir, maqshur, manqush, asma’ul khamsah, dan isim laa yansharif .
Isim Mabni: adalah isim yang akhir katanya senantiasa tetap meskipun kedudukan/jabatan katanya berubah atau didahului oleh kata-kata yang menyebabkan perubahan pada isim mu’rab. Isim mabni ada 5, yaitu: isim dhamir (kata ganti), isim maushul (kata sambung), isim isyarah (kata penunjuk), isim istifham (kata tanya), danisim syarat (jika atau barangsiapa).
Tahap Ketiga:
Penjelasan Tanda-Tanda I’rab Pada Isim
Tanda i’rab pada isim terdiri dari tanda asal/pokok dan tanda cabang.
Tanda pokok i’rab pada isim adalah:
  1. Marfu’ dengan tanda dhommah; pada isim mufrad, jamak taksir, jamak mu’annats salim, dan isim laa yansharif
  2. Manshub dengan tanda fathah; pada isim mufrad, jamak taksir, dan isim laa yansharif
  3. Majrur dengan tanda kasrah; pada isim mufrad, jamak taksir, dan jamak mu’annats salim
Tanda cabang i’rab pada isim adalah sbb:

Tanda rofa’
  1. Marfu’ dengan tanda Alif; pada isim mutsanna
  2. Marfu’ dengan tanda Wawu; pada isim asma’ul khomsah dan jamak mudzakar salim
  3. Marfu’ dengan tanda Dhommah muqaddarah/dhommah yang tidak ditulis; pada isim maqshur dan manqush
Tanda nashab
  1. Manshub dengan tanda Ya’; pada isim mutsanna dan jamak mudzakar salim
  2. Manshub dengan tanda Alif; pada isim asma’ul khomsah
  3. Manshub dengan tanda Kasrah; pada isim jamak mu’annats salim
  4. Manshub dengan tanda Fathah muqaddarah; pada isim maqshur

Tanda jer
  1. Majrur dengan tanda Ya’; pada isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim
  2. Majrur dengan tanda Fathah; pada isim laa yansharif
  3. Majrur dengan tanda Kasrah muqaddarah; pada isim maqshur dan manqush

Tahap Keempat:
Pengenalan Fi’il Mu’rab dan Fi’il Mabni
Fi’il Mu’rab: adalah fi’il yang akhir katanya bisa berubah karena disebabkan masuknya alat-alat penashob atau penjazem. Fi’il yang mu’rab mencakup; semua fi’il mudhari’ yang tidak bersambung dengan nun inats atau nun taukid.
Fi’il mudhari’ yang mu’rab ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
  1. Fi’il shohih akhir; yaitu yang akhirannya adalah huruf shohih (selain alif, wawu dan ta’)
  2. Fi’il mu’tal akhir; yaitu yang akhirannya adalah huruf ‘illat (alif, wawu atau ta’)
  3. Fi’il af’alul khomsah; yaitu yang akhirannya adalah huruf ‘illat dan nun
Fi’il Mabni: adalah fi’il yang akhir katanya senantiasa tetap meskipun dimasuki oleh alat penashob atau penjazem. Fi’il yang mabni mencakup; semua fi’il madhi, semua fi’il amr, dan fi’il mudhari’ yang bersambung dengan nun inats atau nun taukid.
Tahap Kelima:
Penjelasan Tanda-Tanda I’rab Pada Fi’il
Tanda i’rab pada fi’il adalah sebagai berikut:

Mudhari’ Shohih Akhir
  1. Marfu’ dengan tanda dhommah
  2. Manshub dengan tanda fathah
  3. Majzum dengan tanda sukun
Mudhari’ Mu’tal Akhir
  1. Marfu’ dengan tanda dhommah muqoddarah
  2. Manshub dengan tanda fathah pada mu’tal ya’ dan wawu sedangkan untuk mu’tal alif manshub dengan tanda fathah muqoddarah
  3. Majzum dengan tanda dihapus huruf terakhirnya/hadzful akhir
Mudhari’ Af’alul Khomsah
  1. Marfu’ dengan tetapnya huruf nun di akhir/tsubutun nun
  2. Manshub dengan dihapusnya huruf nun di akhir/hadzfun nun
  3. Majzum dengan dihapusnya huruf nun di akhir/hadzfun nun

24/09/12

Sombongnyaa orang yang beragama

17.32 7 Comments
Agama agama agama.
Sore ini banyak sekalii orang berbincang masalah agama.
Sore ini banyak sekali orang yang kemudian 'beralih' untuk tidak beragama.
Tuhan Tuhan Tuhan, Oh Tuhan.

Agama seharusnya seperti sebuah mahkota yang jika dipakai akan memuliakan orang tersebut.
Bayangkan saja orang yang memakai perhiasan yang 'wah', pasti orang tersebut juga akan terlihat 'wah'.

Seperti mahkota yang akan segera diasosiasikan dengan raja atau ratu. Mahkota itu akan tidak berarti apa-apa jika sang raja atau ratu berbuat dzalim dan aniaya.

Seperti juga agama. Agama tak akan berarti apa-apa jika digunakan sebagai alasan untuk berbuat dzalim dan aniaya.

Jika ada yang merasa risih dengan asosiasi 'agama' dengan 'mahkota', begini maksud saya:
Jika mahkota itu dipakaikan kepada orang yang benar, maka ia akan semakin memancarkan kemuliaan pemakainya. Jika mahkota itu tidak dipakaikan kepada orang yang benar -orang yang tidak memiliki kapasitas sebagai raja/ratu- maka mahkota itu kustru akan menjadi bahan olokan.

Agama? yah, tentu saya merujuk kepada agama saya sendiri: Islam.
Seharusnya orang semakin mulia dengan berislam.
Seharusnya Islam semakin memuliakannya.
Bagaimana jadinya kalau Islam itu dianut oleh orang yang tidak tepat?
Seperti mahkota yang dipakaikan oleh orang yang tak bermental Raja,
Islam adalah agama yang SEMPURNA dan BENAR dan dengan MENTAL buruk, maka agama ini digunakan untuk MENGHINA AGAMA LAIN, melakukan tindakan ANARKIS dan semena-mena, MERENDAHKAN dan MENDOMINASI segala kepentingan.

See?
Agama itu seharusnya memuliakan.
Apalagi Agama Islam yang sehari sholat lima waktu.

Sholat itu mencagah perbuatan keji dan munkar, keji dan munkar.
Keji dan munkar.
Keji dan munkar.

22/09/12

Puisi Syahdu

17.55 2 Comments
Aku suka menulis, terutama puisi. Kadang kata-kata itu muncul saat berada dalam keadaan yang tidak tepat, kadang inspirasi itu tidak kunjung muncul meski kita berharap bisa segera menyelesaikan beberapa bait puisi untuk dipublikasikan misalnya.

Untuk itu, aku punya banyak cara untuk mencatat kata-kata yang terlintas agar yaaa... bila suatu saat dibutuhkan dapat dipakai.  Dahulu aku punya buku khusus puisi-puisiku, tapi seiring berjalan waktu karena memang aku bukan orang yang telaten, aku menulis di mana saja dan kadang ketika sedang di jalan mendapatkan inspirasi aku akan merekamnya.

Yah, karena 'hanya' mencatat kata yang terlintas begitu saja, banya tulisan-tulisanku yang ngambang, nggak selesai. seperti tulisan satu ini yang tidak sengaja aku temukan di buku catatan KKN. Awal-awalnya terdengar syahdu, tapi nggak tau kenapa berakhir seperti ini.


17/09/12

Akun-aku yang bikin Aaaarrrrggghhhh…..!!!

15.31 5 Comments
Negara demokrasi? Bebas berpendapat?  Bebas berbicara?
Dulunya aku pikir orang Indonesia itu baik-baik, hidup berdampingan dengan 6 Agama yang berbeda, dengan kepercayaan yang berbeda-beda, harmonis, saling tolong, saling menghormati, toleransi. Di dunia nyata aku juga merasakan seperti itu, tak pernah ada masalah agama lain, kita hidup dengan baik dan harmonis, saling menghormati.
Tapi ternyata di INDONESIA (siapa yang bilang Indonesia agama toleran?) ini juga ada orang yang terang-terangan menghina agama sendiri, menghina agama orang lain, saling tuding, saling menjatuhkan. #JIL #AntiJIL, #FPI #Anti FPI, eh mereka semua Islam kan?
Baru-baru ini ‘secara tidak sengaja’ aku menemukan akun twitter yang bikin gregetan. Dan ternyata nggak Cuma satu akun, ada beberapa akun yang kemudian muncul sebagai ‘counter’ atau yang menyamai

Lihat aja akun-akun ini :

















Dari sekian banyak akun (dan aku yakin masih banyak lagi akun-akun yang lain) kebencian mereka terhadap Islam itu dugaanku muncul dari 2 hal, Terorisme/Pem-Boman dan Kekerasan yang dilakukan FPI. Seandainya orang-orang ini tahu akibat dari -jihad- nya yang justru melukai Islam sendiri. 

STOP! jika kalian membaca ini kemudian mengutuk orang-orang ini, maka sama saja. Hal kecil yang perlu dicatat dan diingat, Rasulullah tidak pernah mengajarkan untuk membenci, tidak pernah mengajarkan untuk menghujat. Bagiku sendiri tau keberadaan akun-akun itu justru menjadi feedback atas 'perilaku' umat islam, menjadi kritik untuk koreksi diri. Jadi muslim yang bijak, jadi muslim yang baik, jadi muslim yang cerdas.

10/09/12

Habis dan Hilang

14.59 0 Comments
Picture taken from here
 
Apa hobimu?

Membakar diri

Ha?
Hahaha

Maksudnya? Burn? Membakar diri?

Mungkin.

Bagaimana?

Seperti lilin, menyala, membakar diri kemudian habis dan hilang

Kamu, seperti itu? Menerangi orang lain, meskipun itu menghancurkanmu?

Tidak juga.

Ha?

Ini lilinnya dinyalakan di siang hari, di keadaan terang.

Jadi tidak ada yang kamu terangi.

Mungkn tidak?

Lalu untuk apa? Mengapa tak kau hentikan juga? Itu hobimu? Berkali-kali seperti itu?

Ya, berkali-kali seperti itu.

Kenapa? kenapa tak kau padamkan? Biar tetap utuh atau bisa digunakan waktu gelap?

Haha. Bukan itu tujuannya.

Lalu, apa?

Habis dan hilang, kau tahu : habis dan hilang. Itu tujuannya.

Jadi?

Aku ingin segera hilang