Follow Us @soratemplates

08/04/12

Sok Tau...



Kadang ada suatu hal yang kita tidak tahu definisinya tapi sok tau dan sok ngerti maksudnya. 



Kalau ada orang yang sedang jatuh cinta, dapet kecengan, dan baru jadian misalnya, coba tanyai “kamu lagi jatuh cinta ya?” kalau dia mengangguk atau senyum-senyum gak jelas itu artinya ‘ya’ dan silakan lanjutkan ke pertanyaan berikutnya “cinta itu apa?”. Nah, pasti dia bakal ngelantur kemana-mana tentang definisi cinta dan bahkan seenaknya saja, dia akan bilang kalau cinta itu perasaan yang membuatmu melayang-layang tak karuan, atau dia akan dengan semena-mena mengutip quote-nya Raditya Dika  di twitter “Bagi sebagian orang cinta itu merupakan perasaan yang luar biasa, namun bagi sebagian yang lain cinta adalah nama anaknya” –Nyeh! Atau kalau tidak, bagi sebagian yang sedikit bisa mikir, ia akan menyamakan Cinta seperti Agama. Dalam ilmu Filsafat agama, ada perbedaan yang harus dipahami antara mempelajari ilmu filsafat dan mempelajari ilmu agama. Mempelajari Filsafat itu artinya melakukan kontemplasi, berfikir. Memikirkan definisi. Sedangkan mempelajari agama itu Enjoying, yang terpenting adalah kita merasa dekat dengan Tuhan kita tanpa perlu reweuh dengan perkara Tuhan itu apa, dimana, siapa, bagaimana dan sampai kapan? Sami’na wa ato’na-lah. Banyak buku yang berbicara tentang definisi cinta yang pada akhirnya menyerah pada kalimat, ‘cinta itu untuk dijalani, dinikmati, bukan di definisikan’, atau bagi yang keseringan patah hati dan bertepuk sebelah tangan maka ‘cinta adalah penderitaan yang tiada akhir’.



Apa kali ini kita akan membicarakan cinta? Enggak! Gini lho, cinta merupakan suatu konsep psikologis. Ini merupakan hal abstrak yang tidak bisa kita lihat  bentuk dan warnanya, sehingga untuk melakukan pengukuranpun juga sulit. Yah, meskipun orang psikologi akan bersikeras berkata bahwa mereka punya alat ukurnya. ALAT UKUR CINTA! Menakjubkan bukan? Karena tidak standarisasi mengenai apa itu cinta, maka orang dengan bebas mengintepretasikan kata cinta itu sesuai dengan kehendak hatinya. So, it’s such a subjective! Sama dengan kata cinta, istilah-istilah seperti sabar, ikhlas, tulus, nrimo, kuat, ini pada akhirnya juga sangat subjektif diintepretasikan.



Misalnya, ada yang nangis-nangis karena kehilangan sesuatu, terus kita *pukpuk* dia dan bilang ‘sabar ya-sabar ya’, terus dia diam. Jadi apakah sabar artinya DIAM? Apakah si anak ini ngerti apa arti kata sabar? Jangan-jangan dia cuman paham bahwa dia harus diam gak nangis lagi, bukan ‘sabar’ karena sebenarnya dia nggak ngerti sabar itu seperti apa.



Lagi, pernah dalam suatu pengajian ada ibu-ibu yang bertanya ke Ustadzahnya, dan ustadzah menjawab dengan sedikit memarahi, “Ibu harus sabar, kalau nggak sabar mana mungkin Allah akan membantu Ibu”. Lalu Ibu-ibu yang bertanya lagi menunduk diam mengucapkan terima kasih dan diam lagi. Jadi Sabar artinya ‘sudah, jangan tanya-tanya lagi!’. Aku jadi kasihan sama ibu yang bertanya itu, pastilah di lingkungannya (keluarga, tetangga, teman terdekat pasti juga akan memberikan nasihat yang sama) dan dia sudah muak dengan kata ‘sabar ya… yang sabar ya bu… sabar bu pasti ada jalan keluar’. Saya pikir, Ibu tadi tidak sedang putus asa karena masalahnya, ibu itu hanya putus asa dengan kata sabar. Sabar itu bagaimana? Diam ditempat? Stay cool? Senyam-senyum? Gak tanya-tanya lagi? Gak curhat-curhat lagi tentang masalah itu? Atau bagaimana?



Ada lagi, kalau ini Ustadz yang sedang ceramah bilang, ‘coba minta kepada Allah dari hati yang paling dalam, mungkin jika dari hati yang paling dalam ini Allah akan mendengarkan dan mengabulkan’. Hey, how’s deep?? Orang tidak akan bingung dengan kata minta kepada Allah, ini sangat operasional. Tetapi konsep hati yang paling dalam, hmm… hati yang paling dalam, hati yang paling agak dalam, hati yang gak dalam-dalam amat, hati yang cetek. Gak usah pakai kiasan lah. Karena ini hanya akan membuat orang diam atau berdoa sambil menangis, bukan membuat dia bersungguh-sungguh meminta. Bayangkan, ‘HATI YANG PALING DALAM’. Bisa? Nah, dibayangkan aja sulit, apalagi dilakukan!

4 komentar:

Unknown mengatakan...

intinya : cinta itu memang gag bisa disamakan dengan agama. atau dibandingkan dengan agama?
mbak emang ada , alat ukur cinta?
hehehe

Unknown mengatakan...

Ada, sini aja.. haha..

Unknown mengatakan...

sini kemana mbak ? hahaha

Unknown mengatakan...

kemana-kemana-kemana. Haha..