Kadang
ada suatu hal yang kita tidak tahu definisinya tapi sok tau dan sok ngerti
maksudnya.
Apa kali ini kita akan membicarakan cinta?
Enggak! Gini lho, cinta merupakan suatu konsep psikologis. Ini merupakan hal
abstrak yang tidak bisa kita lihat
bentuk dan warnanya, sehingga untuk melakukan pengukuranpun juga sulit.
Yah, meskipun orang psikologi akan bersikeras berkata bahwa mereka punya alat
ukurnya. ALAT UKUR CINTA! Menakjubkan bukan? Karena tidak standarisasi mengenai
apa itu cinta, maka orang dengan bebas mengintepretasikan kata cinta itu sesuai
dengan kehendak hatinya. So, it’s such a
subjective! Sama dengan kata cinta, istilah-istilah seperti sabar, ikhlas, tulus,
nrimo, kuat, ini pada akhirnya juga sangat subjektif diintepretasikan.
Misalnya, ada yang nangis-nangis karena
kehilangan sesuatu, terus kita *pukpuk* dia dan bilang ‘sabar ya-sabar ya’, terus dia diam. Jadi apakah sabar artinya DIAM?
Apakah si anak ini ngerti apa arti kata sabar? Jangan-jangan dia cuman paham
bahwa dia harus diam gak nangis lagi, bukan ‘sabar’ karena sebenarnya dia nggak
ngerti sabar itu seperti apa.
Lagi, pernah dalam suatu pengajian ada
ibu-ibu yang bertanya ke Ustadzahnya, dan ustadzah menjawab dengan sedikit
memarahi, “Ibu harus sabar, kalau nggak sabar mana mungkin Allah akan membantu
Ibu”. Lalu Ibu-ibu yang bertanya lagi menunduk diam mengucapkan terima kasih
dan diam lagi. Jadi Sabar artinya ‘sudah,
jangan tanya-tanya lagi!’. Aku jadi kasihan sama ibu yang bertanya itu,
pastilah di lingkungannya (keluarga, tetangga, teman terdekat pasti juga akan
memberikan nasihat yang sama) dan dia sudah muak dengan kata ‘sabar ya… yang sabar ya bu… sabar bu pasti
ada jalan keluar’. Saya pikir, Ibu tadi tidak sedang putus asa karena
masalahnya, ibu itu hanya putus asa dengan kata sabar. Sabar itu bagaimana?
Diam ditempat? Stay cool?
Senyam-senyum? Gak tanya-tanya lagi? Gak curhat-curhat lagi tentang masalah
itu? Atau bagaimana?
Ada lagi, kalau ini Ustadz yang sedang
ceramah bilang, ‘coba minta kepada Allah dari hati yang paling dalam, mungkin
jika dari hati yang paling dalam ini Allah akan mendengarkan dan mengabulkan’.
Hey, how’s deep?? Orang tidak akan bingung dengan kata minta kepada Allah, ini
sangat operasional. Tetapi konsep hati yang paling dalam, hmm… hati yang paling
dalam, hati yang paling agak dalam, hati yang gak dalam-dalam amat, hati yang
cetek. Gak usah pakai kiasan lah. Karena ini hanya akan membuat orang diam atau
berdoa sambil menangis, bukan membuat dia bersungguh-sungguh meminta.
Bayangkan, ‘HATI YANG PALING DALAM’. Bisa? Nah, dibayangkan aja sulit, apalagi
dilakukan!
4 komentar:
intinya : cinta itu memang gag bisa disamakan dengan agama. atau dibandingkan dengan agama?
mbak emang ada , alat ukur cinta?
hehehe
Ada, sini aja.. haha..
sini kemana mbak ? hahaha
kemana-kemana-kemana. Haha..
Posting Komentar