Follow Us @soratemplates

30/10/12

Kita Tidak Lagi Saling Menyapa

00.25 3 Comments












Kita bukan dewa, tentu saja.

Suatu hari,
Mungkin ada saatnya kita sudah tidak lagi saling menyapa.

Bukan lupa atau tak berusaha,
Tapi memang sudah tidak terlalu peduli saja.



Kita bukan dewa,
kan?
ya?

Ada saatnya kita berhenti berucap selamat pagi selamat bermimpi,
Dan hilangnya suara sapa menjadi demikian biasa.
demikian biasa,

Kita tak akan rindu karena tak pernah menanam itu.


Ada kalanya kita berhenti untuk tidak peduli, dan menyapa lagi.
Entah dalam mimpi.

29/10/12

Tuhan, Tidak Ada.

00.59 4 Comments





Tidak ada yang perlu 'terlalu dikhawatirkan' kan, Tuhan?
Tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan.
Tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan.

Tak perlu terlalu khawatir,
Tidak perlu khawatir.
Tak perlu.
Tidak.

Tidak ada.

28/10/12

Pada Suatu Hari Nanti

20.02 0 Comments
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi diantara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati.

Pada suatu hari nanti,
Impiankupun tak dikenal lagi.
Namun disela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.

(Sapardi Djoko Damono)

22/10/12

19/10/12

17/10/12

Langit

10.39 0 Comments
Taken from here





Hujan. Sepertinya setiap orang suka akan hujan. Hujan akan mengingatkan mereka pada nostalgia-nostalgia masa lalu dan mengalirkan kembali kerinduan-kerinduan ke dalam hatinya. Kadang hujan akan membawa ketentraman dan kedamaian karena rintiknya yang menyerupai deraian musik. Bagi yang merasakan itu, tentulah hujan akan membuatnya ingin bernyanyi, menari dan merasakan sensasi dipeluk hujan. Sepertinya setiap orang suka akan hujan, kecuali aku. Aku membencinya, karena aku Langit.
~hujan bagiku adalah tangisan, air mata ~

Entahlah, aku hanya merasa dimanapun aku berada, aku selalu membentur sesuatu.

Bintang. Sepertinya setiap orang suka akan bintang. Cahayanya yang gemerlap seperti mahkota yang memancarkan kekuatan dalam jiwa-jiwa manusia. Kerlipnya yang lentik dan menyeruak seperti ratu cantik yang mengedip-kedipkan keindahan dalam mata manusia. Bintang adalah pesona luar biasa yang ditawarkan langit kepada manusia. “Itu bintangku, lihat itu yang paling terang yang paling indah, dia tetap ada disana meskipun yang lain tidak terlihat” ada harapan-harapan yang dilambungkan ketika seseorang melihat bintang. Keindahan yang mengagumkan. Sepertinya setiap orang suka akan bintang, kecuali aku. Aku membencinya, karena aku Langit.
~bintang bagiku adalah lubang-lubang luka, aku membencinya~

Entahlah, aku hanya merasa dimanapun aku berada, aku selalu berbeda.

Aku adalah langit, jubah angkasa, celestial dome. Aku akan selalu ada, untuk siapa saja, dalam keadaan apa saja. Orang yang mengenaliku pasti akan menyangka bahwa aku dekat, mudah di dekati, ramah dan menyenangkan. Yah, tidak susah bagiku untuk bergaul dengan mereka. Tapi juga, tidak susah bagiku untuk menjauhinya. Lucunya, orang yang merasa dekat denganku adalah orang yang sebenarnya jauh, dia yang tidak mengenal benar siapa aku. Suatu saat satu dua orang mendekatiku lebih dari yang lain, dan saat itu aku akan membuatnya sadar bahwa aku unreachable, aku akan menjauhinya.
Aku yakin, tidak ada satupun yang benar-benar tau tentangku. Jika ia melihat aku menjadi biru, kekuningan, orange, merah, atau hitam, itu hanya perpendaran, kamuflase, rayleigh scattering. Tak ada yang benar-benar tau seperti apa aku.

Aku menikmati tempatku yang tak terjangkau dan selalu sendirian. Apa aku kesepian? Kadang tapi itu jarang. Dari sini aku (tetap) bisa melihat tingkah polah manusia, melihatnya dari jauh. Aku tidak akan merasa kesepian.

Mungkin emosiku sedikit berbeda dengan orang lain. Meskipunn semua orang akan bisa melihatku kapan saja mereka mau dan sangat familier denganku kalau tidak dikatakan ‘kulina’. Tapi yang perlu disadari adalah aku bukan bagian dari mereka. Im on the outer space, aku di sisi dunia yang lain. Karena aku, Langit.

16/10/12

Rage!

15.11 2 Comments
Terus kalau saya melakukan apa saja  sendiri dan bahkan dosen-pun meninggalkan saya untuk bekerja sendiri, saya musti naroh rage comic ini gitu?








12/10/12

Sepuluh Menit Waktu

15.27 0 Comments
Sepuluh menit waktu,

Yang datang yang hilang yang terburu yang tak terkejar.

Aku tak pernah ingin menemuimu dalam suasana cengkraman sepuluh menit waktu.
Meredam semua suara di otak yang bergelayut seperti hantu.
Aku tak pernah benar-benar membuat keputusan dalam sepuluh menit waktu.

Yang terlewat,
Membiarkanku kehilangan segalanya.

Dalam sepuluh menit waktu, -untungnya- aku masih bisa menyebut nama-Mu,

:Jangan tinggalkan aku.

09/10/12

Skripsi.

16.25 2 Comments

Guys, baru kali ini aku secara terang-terangan nulis keluhan tentang skripsi. Karena sejujurnya aku menahan diri untuk tidak mengelah mengeluh masalah skripsi. Daaan, memang kekuatan manusia ada batasnya, tapi sungguh, pada kesempatan ini aku hanya menuliskan satu kalimat keluhan saja,, sungguh satu saja. Karena aku takut 'keikhlasan' dalam memuat puisi skripsi ini batal gara-gara kebanyakan dikeluhkan. Aku cuma mau bilang kalau....


AAAAAARRRGGGGG.......


KENAPA SIH MASALAH SKRIPSI SSAJA MUSTI GANTI DOSEN TIGA KALIII???????


end.

06/10/12

Pelajaran #2 Kata (الكلمة)

07.56 0 Comments
Kata (dalam ilmu nahwu diistilahkan al-kalimah) terdiri dari 3 jenis.
  1. Isim (الإسم) = kata benda.
    Yaitu kata yang menunjukkan makna orang, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, atau kata benda abstrak.
    Contoh:

    رَجُلٌ (rojulun) = seorang lelaki,

    أَسَدٌ (asadun) = singa,

    زَهْرَةٌ (zahrotun) = bunga,

    قَمَرٌ (qomarun) = bulan,

    القاَهِرَةُ (Alqoohiroh) = Kairo,

    يَومٌ (yaumun) = hari,

    اِسْتِقْلالٌ (istiqlaalun) = kemerdekaan.
    .
    Kita dapat mengenal isim pada kalimat dengan ciri-ciri berikut:
    • Berakhiran kasroh, seperti أنا في البَيْتِ, maka kata البيتِ adalah isim, sebab berakhiran kasroh.
    • Berakhiran tanwin, seperti رأيتُ رَجُلاً, maka kata رَجُلاً adalah isim, sebab berakhiran tanwin.
    • Diawali dengan alim lam, seperti الشمسُ شرقَتْ, maka kata الشمسُ adalah isim sebab diawali alim lam.
    • Di dahului huruf jar (kata depan), seperti نَظَرْتُ إلى السماء, karena إلى merupakan huruf jar, maka kata setelahnya yaitu السماء adalah isim.

  2. Fi'il (الفِعل) = kata kerja.
    Yaitu kata yang menunjukkan suatu makna yang berkaitan dengan waktu (lampau, sekarang, dan akan datang).
    Contoh:

    كَتَبَ (kataba) = dia (lk) telah menulis.

    يَكْتُبُ (yaktubu) = dia (lk) sedang/akan menulis.


  3. Huruf (الحرْفُ) = kata depan, kata penghubung, atau kata sambung.
    Yaitu kata yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali jika disandingkan dengan kata lain.
    Contoh:

    مِنْ (min) = dari,

    إلى (ila) = ke,

    فِي (fi) = di,

    بِ (bi) = dengan,

    وَ (wa) = dan,

    أوْ (aw) = atau,

    ثُمَّ (tsumma) = kemudian, dll.

    Untuk tau lebih lanjut tentang kalimah ini, berikut aku sertakan ebook yang memakai tulisan bahasa Indonesia *hammer*

    --> Mamahami Fi'il-Fi'il 
    --> Nahwu Praktis

     

Pelajaran #1 Kalimat Sempurna (الجُمْلَةُ المُفِيْدَةُ)

06.51 0 Comments





Kalimat sempurna adalah setiap lafadz yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memberikan makna yang sempurna.
Misalnya :

  • Lafadz قَـامَ زَيْدٌ (Qooma Zaidun) = Zaid berdiri, terdiri dari dua kata dan memberikan makna yang sempurna, maka dinamakan kalimat sempurna.
    Contoh lainnnya :
    Kalimat yang terdiri dari dua kata
    البستـــــــــــان جميــــــــــــل
    kebun itu indah
    اَلشّــــــــَمْشُ طَالِعَـــــــــةٌ
    matahari itu terbit
    بَسِيْــــــــــــرُ السَّـــــــحَابُ
    Awan bergerak
    يَنْقَطِــــــــعُ الْمَـــــــــطَرُ
    Hujan reda
    Kalimat yang terdiri lebih dua kata
    اَلطَــــــــائِرُ فَوْقَ الشَّجَــــــرَةِ
    Seekor burung di atas pohon
    اَلْبُسْتـَـــــــا نِيُّ يَجْمَعُ الأزْهَـــــارُ
    Pekebun itu mengumpulkan bunga-bunga
    يَفْتَـــــحُ مُحَمَّــــــــدٌ الْبَـــــــاب
    Muhammad membuka pintu
    اَلْكَلْبُ يَجْـــــــرِى فِى الشَّــــــــارِعِ
    Anjing berlari di jalan

    Contoh kalimat tak sempurna :

  • Lafadz أبو عَلِيٍّ (Abu 'Aliyyin) = Bapaknya Ali ..., terdiri dari dua kata, tapi tidak memberikan makna sempurna (tidak ada keterangan yang menjelaskan keadaan Bapak Ali), sehingga tidak dapat dikatakan kalimat sempurna, baru dikatakan kalimat sempurna jika lafadznya
    أبو عليٍّ مَريْضٌ (Abu 'Aliyyin Mariidhun) = Bapaknya Ali sakit.

Intinya, kalau dalam bahasa indonesia kita mengenal SPOK, nah dalam bahasa arab jika sudah memenuhi unsur SP maka sudah dapat disebut kalimat sempurna, asalkan memiliki makna yang sempurna.



Pembagian Jumlah Mufidah

Jumlah mufidah di dalam bahasa arab terbagi kepada dua:
  1. Jumlah Ismiyyah.
    Yaitu jumlah yang diawali dengan isim (Kata benda). Seperti:
    • أحَمدُ طالِبٌ (Ahmadu thoolibun) = Ahmad adalah seorang siswa. Jumlah (kalimat) tersebut diawali dengan أحمد sehingga dinamakan jumlah ismiyyah.

    • Demikian juga dengan kalimat زَيْـنَـبُ تَـكْتُـبُ رِسَـاَلةً (Zainabu taktubu risalaatan) = Zainab menulis sebuah surat.
  2. Jumlah Fi'liyyah.
    Yaitu jumlah yang diawali dengan fi'il (Kata Kerja). Seperti:
    • سَافَـرَ محمدٌ (Saafaro Muhammadun) = Muhammad berpergian. Jumlah (kalimat) tersebut diawali dengan سَافَـرَ (Saafaro), dimana سَافَـرَ merupakan fi'il, sehingga dinamakan jumlah fi'liyyah.

    • Demikian juga kalimat ضَرَبَ الوَلَدُ كَلْباً (Dhoroba al-waladu kalban) = Anak itu memukul seekor anjing
  3. Jumlah dengan kata yang tidak ada tanda isim dan fiilnya tetapi dapat dimengerti maknanya.

Selanjutnya tentang Fi'il dan Ismi akan dijelaskan di page berikutnya

Sumber:

http://www.alkhoirot.org/2012/06/ilmu-nahwu-kalam-isim-fiil-huruf.html#1

https://www.facebook.com/note.php?note_id=100142470985&id=92002408346&ref=mf

http://staff.undip.ac.id/sastra/fauzan/2009/07/22/kalimat-sempurna-%D8%A7%D9%84%D8%AC%D9%85%D9%84%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D9%85%D9%81%D9%8A%D8%AF%D8%A9/

Akhirnya belajar bahasa Arab

00.12 0 Comments
Yakh, beberapa minggu ini organisasi yang saya ikuti mengadakan semacam pelatihan behasa Arab, dasar, dasar banget. Bahkan ada temen yang tak tawari untuk ikut pelatihan ini bilang kalau dia sudah pernah belajar itu waktu SD. Haha... Tapi tak apalah, yang penting belajar, gak lucu kan nanti kalo (pada akhirnya) masuk surga mati gaya karena gak bisa bahasa arab, #Eh

Nah, karena ini pelatihan yang santai, maka kita belajarnya juga yang instan-instan, nggak ngoyo. Lagian Ustadz yang mengajarkan ini juga temenku sendiri, jadi enaklah. Lagian lagi (iya bahasa indonesia saya memang agak gimana) yang ikut juga mahasiswa semua, jadi nggak perlu disodorin satu2,  suruh ini suruh itu,
cukup dipancing aja dan kita akan bergerak sendiri mencari pemahaman yang lebih dalam.

Karena dalam kelas tersebut menggunakan buku kuning yang setengah gundul, dan secara aku nggak pernah dapat pelajaran bahasa arab, maka aku memutuskan untuk mencari sendiri setelah kelas sendiri. Hehe  jadi mule sekarang aku mau menulis menshare apa saya yang aku dapatkan di kelas bahasa arab ini. 

Ikuti label #Bahasa Arab#

05/10/12

Ya, Kamu Sendirian!

13.40 5 Comments

Picture taken here

Kamu lelah berjalan sendirian?  Ya, Kamu sendirian.


Kamu pikir, akan ada orang yang dengan rela menawarkan bantuan, ‘Hey.. bagaimana kamu? Ada yang dapat kulakukan untukmu? Mari kutemani menyelesaikan ini?’ 
Itu mimpi. Nyatanya semua orang hidup sendiri-sendiri.


See? Hidup sendiri-sendiri. Kamu sendirian!


Berhentilah merengek dan meminta bantuan, karena kamu memang sendirian. Jalani takdirmu sendiri, jangan ajak orang lain ikut meniti jalan takdir yang dibentangkan untukmu. Sadarilah : kamu sendirian.


Kamu pikir, bantuan-bantuan yang diberikan orang lain itu karena kamu? Bukan, mereka hanya memikirkan dirinya sendiri. Lihat hitung-hitungan diatas, menolong adalah perbuatan baik yang akan mendapatkan pahala. Pahala! itu yang penting dari mereka. Laba dari menolongmu, bukan kamu. Kamu tidak akan pernah berarti bagi siapapun. Mereka hanya menginginkan ‘ganti’ dari membantumu, upah yang pantas: pahala.


Seperti yang pernah aku katakan. Manusia hanya melompat dari satu keegoisan ke kegoisan yang lain. Hitung-hitungannya adalah untung rugi, dan apa yang menguntungkan baginya sendiri. Manusia lahir di dunia sendiri, mati sendiri, perbuatan selama hidup hanya untuk manusia itu sendiri, daan menyembah Tuhan pun demi kepentingan diri sendiri.


Jangan mengungkit! Ketika kamu menolong orang lain, itu untuk keuntunganmu sendiri. Ingat hitung-hitungannya: Pahala. Kalau kamu  menolongnya karena memang ingin menolongnya: itu salahmu. Dan apabila kamu mengharapkan orang itu menolongmu suatu ketika, ketika kamu membutuhkan bantuan, maka pahalamu akan batal kau dapatkan. Ingat: jangan mengungkit.


Kalaupun kamu sering ‘pasang body’ ketika temanmu butuh bantuan, itu salahmu.


Kalaupun kamu sering mengorbankan kepentinganmu demi orang lain, itu salahmu.


Kalaupun kamu sering kerepotan sendiri ketika melakukan sesuatu untuk orang lain, itu salahmu.


Kamu harus paham, Kamu sendirian.

Begitu juga Aku.

PIEDRA

12.22 0 Comments

Picture taken here
Mungkin aku juga akan pergi kesana,
Menyisiri sungai Piedra, lalu duduk di sisinya dan menangis.
Harapan kita sama, di sisi sungai yang terus bergerak menjalar menuju lautan,
Aku berharap hidupku selincah itu mengalir menuju pusaran.
Bersama air mata yang jatuh bersama aliran sungai Piedra,
Aku berharap segala beban, kegoncangan, gundah gulana, tekanan yang menyesakkan ikut jatuh dan hanyut seketika.

Mungkin juga aku akan pergi kesana,
Menyusuri bibir Piedra, melempar batu dari sampingnya dan berteriak.
Tujuan kita sama, meredam segala keguncangan, kelelahan hidup, pencarian tiada ujung untuk ditelan udara dan suara aliran sungai disana. Untuk merasakan sejuk yang merambat ke tenggorokan.

Meskipun ketika pulang aku akan tersadar. Piedra tidak menjanjikan apa-apa. Beban yang aku rasa telah kulemparkan ke sungai Piedra ternyata terbawa pulang, begitu juga sesak dan  gundah gulanan masih bersungkur di pundak-pundak dan dada.

Mungkin aku harus melupakan episode Piedra, dan mencoba menghadapi kenyataan.

04/10/12

The Children and Their Eyes

15.36 1 Comments
"Kita harus tetap bergaul dengan anak-anak, agar tetap terhubung dengan kehidupan"


Picture taken from here






Aku harus menjaga itu, menjaga sisi kanak-kanakku. Seperti katanya: agar aku tetap hidup. Anak-anak itu memberi energi positif, entah darimana asalnya. Mungkin dahulunya semua orang memiliki energi itu, energi yang membawa kebahagiaan dan keringanan pikiran. Energi yang menyenangkan tetapi tidak memabukkan. Mungkin dulu, ketika masih kanak-kanak, kita semua memiliki energi itu.

Aku sedikit merasa ngeri ketika memikirkan, mungkinkan energi itu hilang seiring kedewasaan? Jadi dewasalah yang membuat energi itu meluntur? Aku tidak tahu.

Mungkin saja itu hanya tentang pikiran. Ah, orang dewasa terlalu banyak mengontrol. Orang dewasa merasa bahwa hidupnya ada ditangannya, dialah penguasan kehidupannya. Untuk itu, dia akan mengontrol semuanya: Perilaku, sikap, masa depan, resiko, perbuatan, apapun demi mendapatkan gelar 'matang dan dewasa' atau 'dihargai'. Orang dewasa benar-benar nggak efisien, semuaaa dipikirkan.. semuaaa di pertimbangkan.

Aku jadi ingat tentang konsep yang ia katakan, tentang 'Yang Lain'. Mudahnya, mari merasakan dan memahami apa yang namanya 'diri'. Hah, kata yang serriiing sekali diucapkan bukan? Setuju tidak kalau aku katakan bahwa di dalam diri kita ada 2 elemen yang tumpang tindih. Seketika suatu saat kita menjadi begitu pasrah, bagitu patuh, begitu taat terhadap Tuhan dan suatu sisi yang lain ketika kita sedang menghadapi sesuatu yang menjemukan, kepercayaan kita terhadap Tuhan memudar dan kadang kita ingin marah dengan Tuhan. Itu versiku terhadap terjemahan 'Yang Lain' yang diutarakannya. Kalau dia mengatakan bahwa 'Yang lain' adalah sisi lain kita yang selalu mempengaruhi untuk melakukan 'apa yang harus dilakukan' bukan 'apa yang ingin dilakukan'. Mudahnya, Yang Lain adalah super ego yang mengarahkan kita. Dia mengatakan bahwa Yang Lain itu setan, sisi kelam, sisi buruk, Yang Lain akan selalu mengarahkanmu ke arah apa yang diharapkan masyarakat, bukan apa yang diharapkan dirimu. Yang Lain akan menjadikanmu kehilangan dirimu. 

Yang Lain, menurutnya adalah elemen yang melunturkan energi anak-anak itu.


Mungkin orang tidak berani untuk menjadi dirinya sendiri, terlalu tertekan oleh kehadiran 'Yang Lain' dalam dirinya. Terlalu takut dianggap tidak dewasa dan tidak dihargai.

Anak-anak tidak butuh penghargaan, anak-anak hanya butuh kebahagiaan dengan cara yang tulus. Merebut mainan teman kemudian temannya itu menangis tidak membuat anak-anak bahagia. Perhatikan, anak itu pasti akan melihat anak yang menangis dengan tampang -sedih-.

Anak-anak tidak butuh perhitungan untung-rugi. Mereka tidak akan minta ganti mainan ke orang tua ketika dia meminjamkannya ke anak lain. Mereka hanya akan bermain bersama. Kalaupun kehilangan, mereka hanya perlu waktu 10 detik untuk di dekap di pelukan orang dewasa dan kemudian rasa kehilangan itu sudah hilang. Anak-anak akan bermain dan bernyanyi lagi bersama teman-temannya.

Biarkan. Kita tidak harus mengontrol seluruh dunia. Sudah ada yang mengaturnya. Tetap terjaga dengan anak-anak, tetap bergaul dan terhubung dengan diri mereka, tetap menjaga energi itu di dalam diri kita. Yang Lain biar menjadi Yang Lain, tetapi kita yang memutuskan. 

Tertawa, berlaku konyol, tidak ambil pusing, berbagi, bermain bersama, memaafkan.
Menjaga ketulusan.

Energi anak-anak itu adalah ketulusan.