Follow Us @soratemplates

08/11/12

Anak Mami (ke-2)

Sebelumnya, coba lihat dulu deh tulisanku berbulan yang lalu tentang Anak Mami. Sebenarnya aku nggak ada niat untuk mepublish tema ini secara bersambung, tetapi ternyata isu ini berkembang. Akhir-akhir ini ada beberapa teman (lagi) yang curhat masalah cowoknya, ya masih dengan tema yang sama, cowok yang kejam tetapi sangat dekat dan sayaaaang dengan ibunya. Akhirnya, aku membuat status dan mendapatkan tanggapan dari temen Psikologi -->

Status Facebook-ku 2 Nop 2012

(Daaan untuk kesekian kalinya (mungkin hampir sepuluh kali) dicurhati orang2 yang berbeda tentang cowok yang tegaan, super protektif, egois, menang sendiri, bahkan sampai menggunakan kekerasan fisik.

kemudian aku bertanya: "apa dia deket sama ibunya?" (Ini menjadi pertanyaan pertama yg langsung kutanyakan waktu diceritakan ttg kekerasan dalam pacaran tersebut)

daaan, mereka menjawab: " iya. padahal dia Deket. dekeeeeeeeet banget sama ibunya"

aku hanya bisa berkata pelan : mungkin, itulah akar masalahnya)
 Dan ini beberapa komentarnya :

Komen X : "hmmm, menurutku, mungkin fase Oedipus complexnya agak bermasalah atau sang ibu seringkali dianggap sebagai sosok lemah (dalam hal ini ayah sebagai yang dominan). Mungkin juga si lelaki sering melihat bahwa ibunya sering "dibully" ayah sehingga ia ingin melindungi pacarnya tapi yang keluar malah kayak gitu. Atau... dia punya keinginan untuk mendominasi yang cukup tinggi "

Komen Y : "hmm, mulanya aku berfikir tentang oedipus complex itu. Dan bisa juga karena anak ini menempatkan ibunya pada posisi yang sangat tinggi sehingga tak ada celah, keburukan, atau kesalahan yang dilakukan sang ibu (padahal ibu juga manusia, wajar kan kalau salah?) Nah, karena sang anak tidak bisa menyalahkan Ibu maka ia seperti melampiaskannya kepada wanita lain, pacarnya? -_-"

Komen X : "hmm, klo kasusnya kyk gitu menurutku justru g mungkin. Karena sang ibu yang tinggi dan tak bercelah, menurutku sang anak cowo akan sangat menghormati si ibu dan bangga akan kondisi tak bercelah itu. tapi, gimana klo logikanya diputar sedikit, si cowo bukan melakukan pelampiasan "menyalahkan ibu yang tak kesampaian" tapi kita ganti, bahwa si cowo berharp pacarnya menjadi sesuai dengan ibunya, kemudian frustrasi karena mendapatkan pasangan tidak sesuai dengan keinginannya. Gimana?" 

Komen Y : "Bisa jadi, tapi aku kepikiran tentang attachmnet/gaya kelekatan ibu-anak yang dikembangkan waktu bayi. Mungkin saja hubungan Ibu-anak ini attchmentnya insecure atau bahkan mengalami separation anxiety disorder. Insecure ini kemudian dikembangkan sampai dia dewasa, anak yang insecure akan sulit beradaptasi/mendapatkan teman, tapi ketika ia sudah mendapatkan satu saja teman yang dekat (pacar dlm hal ini) dia akan overprotectif dan overcontrol, karena dia merasa tidak aman." 

Jadi ceritanya  aku pernah mengambil mata kuliah psikologi perkembangan anak, dan salah satu materinya adalah tentang attachment/ gaya kelekatan. Gampangnya sih 'kedekatan ibu dan anak'. Ada 3 macam gaya kelekatan (aku pakai teorinya Ainsworth, bukan Bowlby) yaitu Secure, Insecure (Ambivalent), dan Avoidant. 
 
Secure adalah kelekatan orang tua (khususnya ibu) dan anak yang dibangun dengan baik, anak dekat dengan ibu dan memiliki rasa aman baik ketika dengan ibunya ataupun ketika tidak bersama ibunya. Rasa aman ini ada karena trust yang yang terbangun antara mereka berdua. Cirinya, mereka berdua dekat, tetapi anak/ibu tidak keberatan berpisah/ditinggal, keduanya tidak terlalu khawatir terhadap keadaan masing2. Anak yang secure akan mudah menyesuaikan diri dan merasa nyaman dengan lingkungan barunya.

Kelekatan Insecure atau ambivalen, anak ini juga dekat dengan ibunya, namun tidak disertai rasa aman karena tidak ada trust yang terbangun. Ciri dari kelekatan ini waktu kecil (mungkin sampai dewasa) anak tidak mau pisah sama orang tuanya, orang tua terlalu mengatur dan overprotektif terhadap anak. Kalaupun berpisah, maka keduanya akan sangat mengkhawatirkan satu sama lain (ditelfon setiap beberapa jam misalnya, dan ibu menanyai setiap detail yg dilakukan anak).

Kelekatan ketiga adalah avoidant, anak dan orang tua tidak terlalu dekat. Orang tua/anak tidak keberatan kalau berpisah, mereka berdua tidak biasa mengungkapkan perasaan sayangnya baik dalam perbuatan maupun perkataan. Ciri anak dengan kelekatan ini adalah, dia bakal nggak nyaman dengan hubungan dekat yg melibatkan emosi. 

Nah, dalam buku psikologi sosial (bukunya Sears) menuliskan bahwa gaya kelekatan ini akan mempengaruhi bagaimana kita menjalin relationship dengan orang lain. Kemudian aku mencari yang insecure attachment bagaimana pola relationshipnya, dan ternyata benar, dalam buku itu dituliskan bahwa insecuritas yang diperoleh dari orang tuanya akan diturunkan. Orang yang insecure akan cenderung mudah marah, gampang jealous, overprotektif, khawatir berlebihan, mengatur semua bagian kehidupan relasinya, menang sendiri terhadap relasinya (pacarnya misalnya). Hal ini dikarenakan si anak merasa tidak aman dan takut kehilangan, makanya dia tidak ingin 'kecolongan' dengan tidak mengontrol relasinya. Kalau relasinya tidak mau diperlakukan seperti itu, maka anak ini akan semakin marah, sampai2 menggunakan kekerasan agar relasinya mau menurutinya.


Lalu bagaimana?
Yah,  aku sendiri sih tidak memiliki ambisi untuk memecahkan masalah ini, tetapi yang perlu diingat adalah :
  1. Ibu harus paham bahwa anak itu titipan Tuhan, bukan milik ibunya. Ibu hanya perlu merawatnya, bukan menjadikan sebagai perhiasan emas ibu. Biarkan anak tumbuh menjadi dirinya sendiri, bukan wakil dari orang tuanya. Dalam Al-Quran, perawatan ibu terhadap laki2 hanya sampai usia baliq. Maka dalam usia itu biarkanlah anak menemukan dan mengaktualisasikan dirinya, jangan terlalu mencengkeram anak.
  2. Bagi pacar/relasinya yang lain, sikap itu bukan karena dia sayang sama kamu. Tetapi dia terlalu sayang pada dirinya sendiri. Dia tidak mau memahami dirinya sendiri, karena yang penting baginya adalah dia merasa aman. Aku tidak menyarankan untuk menurutinya karena memang itu sudah sifatnya sejak dari lahir, ubah! insecure bukanlah sifat yang baik. Ubahlah, bagaimanapun caranya.

5 komentar:

SKN mengatakan...

wuaaah, aku kuliah di jurusan Kriminologi mbak, dan attachment-nya lumayan beda lho teorinya. tapi kalau disambungin bisalah, kriminologi juga masih ada 'selingkuh' sama psikologi. hihihi. tapi ini bisa banget dibikin jadi penelitian, seberapa besar hubungan antara attachment individu ke ibunya dan dating violence, ya gasih?

Unknown mengatakan...

Lhadala, di Psikologi juga ada mata kuliah Kriminologi >.<

Memang sudah ada penelitian kok di luar negeri tapi. Attachment di kriminologi gimana memangnya?

Irvina Lioni mengatakan...

Wow, baru tau ada teori kayak gitu. Btw gue jadi tertarik pengen cerita soal cowo deh ke elo -_-

Ngomong2 soal kriminologi, dosen gue Pak @Maman1965 mantan anak sono loh. Keren abis tuh dia, moga lo bs sekeren dia ya boss! :D

Eh jangan2 kenal lagi sm dosen gue :)))

Kriminolog apakah cm di UI aja?

Unknown mengatakan...

Hahaha.. boleh juga Vin, km ngalamin juga gitu?

Obat Mata Minus mengatakan...

mengunjungi blog yang bagus dan penuh dengan informasi yang menarik adalah merupakan kebahagiaan tersendiri.... teruslah berbagi informasi