Seekor burung mengepak lesu
Potongan benang di kakinya seperti sebuah ingatan yang tak
ingin diabaikan
Menyerabut melukai terbang yang pincang
Burung itu mencoba memaknai,
Hikmah dari semua makhluk yang ada di bumi
Dari jangkauan matanya yang kecil menantang
Dia gagal menemukan.
Maka ia memilih bernyanyi,
Dengan siul yang sunyi, gumaman tak berbunyi.
Barulah ketika ada detak manusia yang berhenti, siulan itu
sedikit bernyali.
Burung yang terbang, tanpa tahu tempat pulang
Ingatannya terbawa masa silam, ketika bapaknya masih begitu
jantan, menguasai hutan. Ketika ibunya masih begitu sayang menyuapi makan.
Jika ranting-ranting ini patah, anakku.
Terbanglah ke lambung kenangan,
Tempat bapak dan ibumu menggambar pepohonan.
Daun perdu akan selalu memberimu kabar gembira,
Bahwa tak akan ada lagi manusia yang akan memangkas pohon-pohon
kita.
Jika sungai-sungai ini menghitam, anakku..
Melayanglah ke awan bayangan.
Disanalah seluruh kawanan burung terbang menyimpan
persediaan,
Kristal-kristal air yang diawetkan lipatan awan adalah janji
kehidupan
Manusia tidak boleh menjangkau semuanya.
Jika batang padi dan ilalang ini habis, anakku.
Larilah kedalam pelukan kerinduan.
Engkau akan dihangatkan ingatan tentang kasih sayang,
Telurmu adalah puja pujian
Dari generasi kita,
Yang penghabisan.
#Rumah_Sunyi #Bait_Puisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar