Ini benar-benar
menjengkelkan. Sudah 2 malam aku tidak bisa tidur. Sepertinya mimpi buruk ini
akan menjadi kenyataan, apa sudah menjadi kenyataan? Rasanya aku sudah
melakukan yang terbaik yang pernah aku usahakan. Tetapi mengapa semua menjadi
berantakan? Apa aku melakukan kesalahan?
Aku lihat semua orang
menghindar, tetapi mata mereka mengejar. Menusukku tanpa ampun dari berbagai
arah. Katakan! Katakan siapa dalang semua ini! Sepertinya aku dijebak. Ini
tidak mungkin, aku tidak mungkin melakukan kesalahan. Semua urutan aku lakukan
dengan benar, dan menerapkan perlakuan terbaik yang pernah aku pelajari.
Aku meminta beberapa
orang terdekat untuk menyelidiki, seperti apa wajah penjahat itu, wajah
penghianat yang menjebakku. Karena aku yakin tidak ada kesalahan yang aku
lakukan. ‘Seperti apa dia?’ teriakku. Aku yakin orang-orang terdekatku ini tahu
apa yang terjadi dan mereka menyembunyikan itu dariku. Tetapi orang terdekatku
justru memandangku nyinyir, ‘seperti kamu’. Setengah berbisik mereka
mengatakan. Dadaku serasa ditusuk, apa maksudnya?
Oh, dunia! dunia! Apa
yang terjadi? Apa aku tertidur lama sehingga begitu banyak yang terlewatkan?
Apa aku hilang ingatan sehingga tidak tahu apa yang aku lakukan? Atau justeru
mereka yang gila dan tidak bisa membedakan yang benar dan yang salah? Mengapa
siklus ini terulang lagi, padahal aku benar tetapi orang selalu beranggapan
bahwa aku salah. Ini tidak bisa diterima, pasti ada yang tidak suka denganku
kemudian menfitnahku. Sekali lagi aku bergerak sendiri, aku sudah tidak bisa
percaya lagi dengan mereka. Siapapun itu, bahkan orang – orang terdekatku.
Malam ketiga dan aku
masih tidak bisa tidur. Padahal badan sudah luar biasa lemas, tetapi badai
besar yang mengacaukan perasaan dan pikiranku tidak pernah membiarkan aku
istirahat, pandanganku kabur, konsentrasiku buyar. Putus asa karena tak juga
bisa terlelap aku bangun dari tempat tidurku dan berdiri di depan kaca pembatas
antara ruang tidurku dengan kamar mandi, disana aku melihat bayangan wajahku yang
kumal berantakan. “Siapa?” kataku pada kaca itu. “Seperti apa dia yang
mengacaukan semuanya dan menjebakku?”. Lama aku tatap bayangan wajah di kaca
itu. “Seperti kamu”. Mulutku serasa berkata sendiri tanpa aba-aba, datar pelan
dan jelas. Aku kaget begitu menyadarinya, apa yang baru saja aku katakan? Aku
melihat bayangan wajah di kaca tampak muram, marah dan sedih yang bercampur.
Apa ini?
Tidak! Aku tidak mau
terima! Aku melempari kaca itu dengan barang apa saja yang ada di sekitarku.
Aku tidak bisa terima! Ini sangat menjengkelkan, dadaku sesak penuh amarah,
kepalaku pening luar biasa. Aku mencabiki rambutku dengan kedua tangan,
kemudian merosot terduduk bersandar pada dipan kamar. “Tidak mungkin!” Aku
memukul-mukul kepalaku. Pikiranku berputar pada potongan-potongan masa lalu,
potongan dimana satu persatu teman-teman terbaikku menjauhiku dan
meninggalkanku.
…
“Kamu gila Lee, kamu sadar nggak sih dengan apa yang kamu lakukan?”
“Ini demi kebaikan kamu, percayalah. Apa yang aku lakukan adalah tindakan yang benar, kau akan menyadarinya nanti”
“Kebaikan apa? Kau membuatku kehilangan semuanya! Berhenti deh merasa menjadi orang yang paling benar!”
…
“Kamu gila Lee, kamu sadar nggak sih dengan apa yang kamu lakukan?”
“Ini demi kebaikan kamu, percayalah. Apa yang aku lakukan adalah tindakan yang benar, kau akan menyadarinya nanti”
“Kebaikan apa? Kau membuatku kehilangan semuanya! Berhenti deh merasa menjadi orang yang paling benar!”
…
…
“Mengapa kau merubah sistemnya, Lee. Kamu tahu akibatnya?”
“Sistem yang lama akan merugikan usaha kita pak, jadi saya membuat sistem yang baru yang lebih efisien”
“Efisien bagaimana? Kamu menghancurkan sistem yang sudah kuat, fondasi usaha ini akan berantakan!”
“Tapi pak, sistem inilah yang benar, dan…”
“Berhenti berceramah tentang yang benar dan salah! Otakmu perlu dibalik! Kamu dipecat!”
…
“Mengapa kau merubah sistemnya, Lee. Kamu tahu akibatnya?”
“Sistem yang lama akan merugikan usaha kita pak, jadi saya membuat sistem yang baru yang lebih efisien”
“Efisien bagaimana? Kamu menghancurkan sistem yang sudah kuat, fondasi usaha ini akan berantakan!”
“Tapi pak, sistem inilah yang benar, dan…”
“Berhenti berceramah tentang yang benar dan salah! Otakmu perlu dibalik! Kamu dipecat!”
…
…
“Apa yang kamu lakukan Lee?”
“Aku mengurangi dosis obatnya Ma, ini baik untuk kesehatan Ilan”
“Kamu keterlaluan Lee, adikmu harus masuk ICU lagi”
“Tapi Ma, sampai kapan Ilan akan mengkonsumsi obat terus? Aku menguranginya agar ia tidak terlalu tergantung dengan obat-obatan itu”
“Ini tidak seperti sakit yang kamu kira Lee”
“Ma, percaya padak…”
“Berhentilah merasa benar Lee!”
…
“Apa yang kamu lakukan Lee?”
“Aku mengurangi dosis obatnya Ma, ini baik untuk kesehatan Ilan”
“Kamu keterlaluan Lee, adikmu harus masuk ICU lagi”
“Tapi Ma, sampai kapan Ilan akan mengkonsumsi obat terus? Aku menguranginya agar ia tidak terlalu tergantung dengan obat-obatan itu”
“Ini tidak seperti sakit yang kamu kira Lee”
“Ma, percaya padak…”
“Berhentilah merasa benar Lee!”
…
…
“Belajarlah Lee, apa yang kamu lakukan itu salah!”
…
…
“Lee, cukup! Aku tidak tahan. Jika kamu masih bersikukuh dengan keyakinanmu, lebih baik kita berpisah”
…
“Belajarlah Lee, apa yang kamu lakukan itu salah!”
…
…
“Lee, cukup! Aku tidak tahan. Jika kamu masih bersikukuh dengan keyakinanmu, lebih baik kita berpisah”
…
…
“Mengapa sih kamu sulit banget menerima pendapat orang lain Lee? Mereka tidak selamanya salah, dan kamu tidak selamanya benar“
…
“Mengapa sih kamu sulit banget menerima pendapat orang lain Lee? Mereka tidak selamanya salah, dan kamu tidak selamanya benar“
…
…
“Keterlaluan Lee, semua berantakan! Semua gara-gara kamu Lee! Gara-gara keegoisanmu, merasa selalu benar”
…
“Keterlaluan Lee, semua berantakan! Semua gara-gara kamu Lee! Gara-gara keegoisanmu, merasa selalu benar”
…
Dan aku membuat kesalahan lagi :merasa benar
sendiri. Sampai saat ini, tidak ada orang yang benar-benar disampingku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar