Follow Us @soratemplates

03/05/12

Have a Problem?

Mari flasback sejenak, masalah sih udah suatu hal yang sangat biasa kita alami. Sejak kita kecil sebenarnya kita sudah terbiasakan dengan ketidak singkronan antara das solen dan das sein ini. Mulai dari ketika bayi, merasa laper atau tidak nyaman tetapi belum bisa ngomong maka yang dilakukan si bayi adalah menangis. Itu cara dia menyelesaikan masalahnya.


Beranjak dewasa, ada hal-hal yang sebelumnya dianggap masalah sekarang sudah tidak menjadi masalah lagi. Awal masa remaja ada yang merasa terganggu dan marah jika ada orang yang mengkritik tentang penampilan atau perilaku kita. Kemudian semakin dewasa kita kemudian menyadari bahwa kritikan itu bukan untuk menghancurkan atau menjelekkan, tetapi justru untuk kebaikan. Maka kemudian kita menyadari dan berlapang hati (Kalau bahasa Bima 'Kalembo Adhe') dan belajar untuk menerima kritikan itu. 


Dua hal itu sebagai contoh saja. Sekarang dalam saya, hal yang dikatakan suatu masalah adalah jika benar-benar menganggu masalah stabilitas atau kelangsungan hidup dan perasaan kita. Menganggu stabilitas hidup misalnya ada kasus yang menjerat kita dan harus beurusan dengan pihak yang berwajib (ekstrim) atau masalah-masalah administratif yang berhubungan dengan sistem. Nah, masalah yang menganggu stabilitas perasaan ini biasanya masalah-masalah personal-interpersonal yang berhubungan dengan orang lain. Perlu digaris bawahi bahwa orang lain disini adalah significant other  yaitu orang yang penting dalam hidup kita. Entah itu keluarga, teman, sahabat, atau orang yang kita sayangi.

Ini aku mau bahas apa...
O ya, 

Ini tentang bagaimana orang menghadapi suatu masalah.
Persepsi seseorang berbeda dengan orang lain dalam memandang sesuatu. Ada hal-hal yang sebenarnya tidak kita anggap sebagai masalah, tetapi ada yang menganggap sebagai masalah. Seperti yang tiga contoh yang saya utarakan tadi, tentang bayi menangis, menerima kritikan dan masalah yang menganggu stabilitas. Ini memang tergantung dengan kematangan seseorang tersebut. di sekitar saya banyak yang masih dalam tahap 'menerima kritikan' itu. Saya terangkan lebih lanjut, tahap menerima kritikan itu adalah kita menganggap itu suatu masalah hanya karena kita merasa tidak nyaman, tetapi tidak sampai menganggu stabilitas kehidupan dan perasaan. Dan menurut saya ini adalah TAHAPAN REMAJA. Tidak berlaku untuk usia dewasa awal.


Kalau masih suka terganggu dengan masalah-masalah kecil nggak penting, mungkin kita kurang belajar atau malah saking besarnya ego kita tidak mau belajar untuk memahami keadaan-keadaan seperti itu.



Ini yang penting, menyelesaikan masalah!
Biar lebih simpel, aku rasa ada tiga tipe menyelesaikan masalah;
  1. Tipe anak-anak : Bayangkan apa yang terjadi jika anak tertimpa masalah misalnya kehilangan mainannya? atau ditinggal pergi teman-temannya bermain? Menangis, berteriak, mengamuk. Masa anak-anak kognisi dan emosinya belum sampai bisa memahami keadaan yang menimpa dirinya dan orang lain. Sehingga respon yang diberikan adalah respon spontan. Anak-anak belum bisa mengutarakan apa yang dirasakannya dan apa maunya, makanya baiklah kita jika suatu saat menjadi ibu, ajarkan anak kita untuk mengungkapkan apa yang mereka inginkan meskipun sebenarnya kita sudah tahu apa yang mereka inginkan. Ini penting untuk masa depan anak. Nah, lihat diri kita deh, apa masih 'sulit' mengungkapkan apa yang kita inginkan dan apa yang membuat kita tidak nyaman? kemudian kalau ada masalah langsung ngambek diem nangis atau triak2? That's so childish.
  2. Tipe remaja : Remaja masih bisa diajak kompromi, tetapi kecenderungan remaja lebih ke ledakan emosi. Jadi hal yang semula kecil bisa menjadi sangat besar. Kalau dia marah akan menjadi sangat marah dan kadang bertindak diluar nalar, jika dia disakiti maka ia akan balas menyakiti dengan kesakitan yang berlipat-lipat. Atau dia akan menjadi sangat defensif, jika terjadi masalah dia akan sangat menyalahkan dirinya sendiri dan menarik diri dari lingkungan sosial karena ia merasa tidak diterima oleh peer groupnya. Namun remaja yang memiliki family support atau peer suport yang baik akan belajar menghadapi masalah dengan cara yang lebih baik, dengan jalan kompromi. Meskipun gejolak emosinya juga sama besar, remaja ini mampu menahannya karena ada support system yang ia miliki.
  3. Tipe Dewasa : Kompromi. Ciri-ciri seseorang yang matang dan dewasa ia mampu mengontrol emosi dan perilakunya. Ia mau melihat kejadian yang menimpanya dengan beberapa sudut pandang, mau memahami keadaan orang lain, berani berhadapan dengan emosi, mau menyadari kesalahan dan meminta maaf. Mau memberi masukan dan kritikan.



Yang perlu diingat :
Menyelesaikan masalah itu tidak hanya dari satu sisi, tetapi dua sisi. Keduanya harus saling mengkonfirmasi atas usaha penyelesaian masalah itu. Kalau dianggap selesai, ya katakan itu, kalau masih butuh waktu, katakan masih butuh waktu. Dan Menyelesaikan masalah tidak hanya melalui satu jalan, tetapi ada dua jaln dan dua-duanya harus ditempuh,
  1. Emotional coping, meminta maaf, berterima kasih, menyadari kesalahan, mengatakan apa yang memberatkan hatinya, mengatakan apa yang membuatnya tidak enak, dan membicarakan masalah yang terjadi. Sebagian orang takut untuk mengadapi situasi emosional dan memilih untuk diam. Aku katakan itu tidak akan menyelesaikan masalah. Diam hanya akan membuat masalah itu terpendam (bukan terselesaikan) dan akan menjadi unfinish business. See? Orang yang mengalami gangguan jiwa sebagian adalah orang yang memiliki unfinish business. Orang jawa memang tidak terbiasa dengan hal-hal emosional seperti ini, tetapi percayalah menghadapi emosi jauuuh lebih baik daripada menghindarinya.
  2. Problem Coping. Ini baru penyelesaian masalahnya yang terjadi. Yang salah dibenarkan, yang rusak diperbaiki, yang hilang dituker.
Aku lemes nulis sebanyak ini. Kalau ada pertanyaan, silakan di komen saja, Insya Allah ada feedback :-)

3 komentar:

Mustika mengatakan...

kaloo temenku itu termasuk tipe yg manaaaa yuarrrrrrrrrrrrr??? :P

Unknown mengatakan...

Tipe makhluk halus kalii. Haha...


Dia lemah dalam salah satu emosi paling penting dalam lingkungan sosial, 'empati'. Ini bener2 perlu dilihat bagaimana keluarganya membentuk sikapnya itu.

Mustika mengatakan...

eaaaaaaaaaaaaaaaaa,,,,,,,,,