Real life, real story, real character, real name...
Siva, 3 tahun. Membawa dua batang lidi yang diacungkan
seperti membawa dupa dan bernyanyi di teras “tiup lilinnya tiup lilinnya tiup lilinnya sekarang juga sekarang juga
sekaraaaang jugaaa…”. Hari ini Siva ulang tahun. Dia merayakannya sendiri,
dengan caranya sendiri.
Tiwi, 4 tahun. Mencoba bermain dengan bola plastik kecil,
melemparkannya ke lubang tiang jemuran yang berbentuk bulat. Yaph! Dia
melompat. Dug! Bola itu menatap tiang jemuran dan terpental mengenai kepalanya.
Aduh!
Nada, 4 tahun. Bermain dengan teman-temannya di luar rumah.
Kemudian masuk ke rumahku sambil menangis, dia mengadu bahwa temannya berbuat
jahat kepadanya. Aku dekap dia sebentar. Satu menit tangisnya reda. Dia kembali
bermain dengan teman yang menjahatinya tadi.
Api, 2 tahun. Lelaki sendiri dalam kelompok bermain dan
paling kecil. Teman-temannya menyuruhnya bermain sendiri dan tidak ikut bermain
dengan mereka. Api menyingkir sebentar dan hanya menonton teman yang lain
bermain. Kemudian dia menarik baju bagian bawahnya keatas dan mengantungkannya
diatas mulut. Api berlari menuju kerumunan teman bermain yang mengusirnya tadi
sambil bersorak. Teman-temannya tadi lari satu persatu sambil berteriak-teriak.
Api membuka baju penutup mulutnya dan tertawa kearahku, memperlihatkan giginya
yang putih kecil-kecil.
Azalia, 6 bulan. Tidur. Aku berjaga disampingnya. Dia
sedikit bergerak dan terbangun membuka mata. Aku hanya melihat wajahnya, Azalia
juga balas menatapiku. Dia kentut tiga kali, dut…dut…dut. Kemudian kembali
tidur lagi.
Nafisa, 3 tahun. Menyanyikan semuuuaaaa lagu yang ia tahu
kepada Azalia. “bocah nakal bocah nakal,
njaluk dijamoni. Jamu opo jamu opo jamu brotowali”. Ibuku datang, “Mbah Nung kok klambine koyo bos Romlah?”.
Api, 2 tahun. Melihat ibunya bekerja banyak sekali hari ini,
dan memang keadaannya sedang meriang.
“Ibuk atit buk, kecel
buk? Pi pijeti ya, sing cakit endi buk?” sambil memijat kepala Ibunya.
Aji, 1,5 tahun. Semua
temannya membawa sepeda. Aji juga ingin membawa sepeda. Orang tuanya
memberikannya sepeda mini kecil, sekecil dirinya. Tapi rantai sepedanya
dibiarkan lepas dari girnya sehingga tidak bisa dipakai. Hanya bisa dituntun.
Aji ingin membawa sepeda. Dia membawa sepeda.
Nisa, 8/9 tahun. Personality Disorder (orang tuanya tidak
memeriksakan keadaannya, tapi aku rasa bukan autis atau disorder yang biasa
dialami anak-anak. Dia menyadari orang lain (atau makhluk lain) selain dirinya
yang berbuat kekerasan kepadanya, delusif, self care dan komunikasi buruk.
Untuk itu, tidak disekolahkan).
“Dek Aza….”
“Waah, saiki isoh
nyeluk dik Aza…” (waah, sekarang bisa memanggil dek Aza) Ibuku yang sedang
menggendong Azalia menyahut.
“Niki mau pun saget
ngodhog banyu, umbah-umbah, nyaponi omah barang” (ini tadi sudah bisa masak air, cuci baju,
sama nyapu rumah) kata ayahnya.
Azkia, 4 tahun. Kok Mbak Ia jarang ke rumah bu lik lagi?
Semua anak tadi bermain di halaman rumahku, Azalia tentu
saja dalam gendonganku. Ibuku datang membawa makanan “kur..kur…kur…” anak-anak
buru-buru berkumpul mendekat di teras rumah, makan bersama. Mereka semua
tetangga-tetanggaku, setiap hari, pagi-siang-sore selalu ada dihalaman rumah.
Nafisa sampai malem karena dia keponakan dan nunggu dijemput orang tuanya.
Mereka memang merepotkan, mereka memang penuh kejutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar