Bagaimana rasanya tidak di balas?
Marah, kesal kalau SMS
tidak dibalas? chat tidak dibalas? mention tidak dibalas? telfon tidak dibalas?
Bagaimana kalau aku bertanya, "bagaimana rasanya?"
Bagaimana jika aku
selanjutnya bertanya, "Kamu tidak ikhlas sih nanyanya, makanya
kesel, marah kalau tidak dijawab"
Bagaimana rasanya tidak di balas?
Ya, itu hanya satu contoh saja. Ada
banyak hal dalam kehidupan kita yang kemudian muncul pertanyaan pada hal
prinsipil, "Keikhlasan, ketulusan..."
Tulus memang tidak membutuhkan balasan.
Sungguh, mereka tidak membutuhkan balasan. Orang yang menolong atau berderma
tidak pernah berfikir bahwa orang yang ia tolong atau yang ia dermai menolongnya
atau mendermainya. Lha dia sudah kaya.
Seorang yang mecintai
atau bersahabat setulus hati, mereka tidak membutuhkan
balasan kok, tidak. Orang yang mencintai dengan ketulusan ia tidak pernah
memperhitungkan apa yang mereka lakukan sebagai pengorbanan, baginya itu semua
adalah wujud cinta.
Tapi ketulusan itu
membutuhkan konfirmasi. Konfirmasi bahwa apa yang dilakukan itu diterima secara
positif, apa yang dilakukan itu bermanfaat
baginya. Perhatiannya dipeluk sebagai sebuah pengakuan bahwa ia adalah bagian
darinya. Orang yang berderma tidak butuh dibalas dengan uang atau barang,
tetapi dengan ucapan terima kasih atau ungkapan 'ini sangat berarti bagi saya' atau senyum sumringah bahwa apa yang
ia berikan itu berharga. Itu saja, konfirmasi. Hanya itu.
Tidak
berlebihan bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar