Follow Us @soratemplates

14/03/13

Balasan


 

Bagaimana rasanya tidak di balas?

 



 

Marah, kesal kalau SMS tidak dibalas? chat tidak dibalas? mention tidak dibalas? telfon tidak dibalas? Bagaimana kalau aku bertanya, "bagaimana rasanya?"

 

 

 

Bagaimana jika aku selanjutnya bertanya, "Kamu tidak ikhlas sih nanyanya, makanya kesel, marah kalau tidak dijawab"

 

 

 

 

Bagaimana rasanya tidak di balas?

 

Ya, itu hanya satu contoh saja. Ada banyak hal dalam kehidupan kita yang kemudian muncul pertanyaan pada hal prinsipil, "Keikhlasan, ketulusan..."

 

 

 

Tulus memang tidak membutuhkan balasan. Sungguh, mereka tidak membutuhkan balasan. Orang yang menolong atau berderma tidak pernah berfikir bahwa orang yang ia tolong atau yang ia dermai menolongnya atau mendermainya. Lha dia sudah kaya.

 

Seorang yang mecintai atau bersahabat setulus hati, mereka tidak membutuhkan balasan kok, tidak. Orang yang mencintai dengan ketulusan ia tidak pernah memperhitungkan apa yang mereka lakukan sebagai pengorbanan, baginya itu semua adalah wujud cinta.

 

Tapi ketulusan itu membutuhkan konfirmasi. Konfirmasi bahwa apa yang dilakukan itu diterima secara positif, apa yang dilakukan itu bermanfaat baginya. Perhatiannya dipeluk sebagai sebuah pengakuan bahwa ia adalah bagian darinya. Orang yang berderma tidak butuh dibalas dengan uang atau barang, tetapi dengan ucapan terima kasih atau ungkapan 'ini sangat berarti bagi saya' atau senyum sumringah bahwa apa yang ia berikan itu berharga. Itu saja, konfirmasi. Hanya itu.

 

 

 

Tidak berlebihan bukan?

Tidak ada komentar: