Tempat yang paling aku takuti saat ini adalah… kamarku
sendiri.
Aku merasa, takut.
Ketika aku membuka pintu kamar,
suara berderit keluar mendecit. Seperti cicitan makhluk yang melonjak terkejut.
Kemudian hawa panas seperti mengepung tubuh. Panas itu datang dari sudut-sudut
kamar dan tembok yang buram. Hawa panas yang seperti mengungkungku, mengelayuti
setiap lengan, kaki dan leherku.
Arrrrgh, aku berontak, aku
berteriak. Menghempaskan panas itu agar terlepas dari tubuh. Memang aku merasa
longgar sebentar. Tapi kemudian hawa panas itu serasa terhempas ke
dinding-dinding kamar, terpental dan menjadi suara tawa manusia. Suara tawa
manusia dengan berbagai karakter, suara besar serak, kecil mencicit, suara
orang tua dan suara anak-anak yang berhamburan, sahut menyahut, memusingkan.
Aku pusing seperti ditertawai banyak orang. Aku pusing dan menutup telinga.
Kemudian berteriak lagi, dan mereka diam. Tapi bagian inilah yang sering aku
takutkan. Bagian ketika suara itu muncul satu persatu dengan jelas.
Aku sering menganggapnya itu
sebagai setan yang mengganggu, tapi sepertinya benar itu memang suara-suara
setan. Dari pertama aku memasuki kamar ini aku sudah merasa hawa aneh yang
menakutkan. Hawa aneh yang bisa aku rasakan ketika tempat tersebut di tempati
sesuatu. Dan bagian ini, bagian ketika setan-setan itu berbicara satu persatu
dengan kata-kata jelas dan mengintimidasi. Suara serak seperti seorang yang
bijaksana muncul dan berkata “untuk apa?
Untuk apa? Pikirkanlah, pikirkanlah” aku seketika linglung setelah mendengar
suara itu. Disahut suara perempuan paruh baya yang berbicara dengan sabar, aku
menyangka jika dalam kehidupan nyata dia pasti seorang ibu yang penuh kasih
terhadap anaknya. Perempuan itu berkata “Apa
yang kamu tunggu? Sudah sangat jelas apa yang telah terjadi. Adakah yang
membuat bimbang hatimu ketika kau lihat disekitarmu sudah begitu pasti? Ambilah
keputusan, ambilah keputusan” dia berbicara dengan sangat sabar dan
pelan-pelan, aku merasa dia memelukku ketika dia mengatakan itu. Kemudian aku
tersentak kaget oleh suara pemuda, mungkin dia preman pasar yang tidak bisa
menerima kenyataan. “Mati sajaaaaa…. Mati
sajaaaaa…. Kau sudah tidak berguna, tidak ada yang peduli denganmu.. hahahaha”
disusul suara anak kecil “kakak tidak
punya teman, kakak tidak punya teman, kakak tidak punya teman”. Kemudian
suara-suara lain semakin ricuh
bersahutan, “pisau tidak akan membuatmu
sakit lama, itu hanya sebentar saja sakitnya” “selesaikan… selesaikan” “apa
kau tidak sadar kalau ini bukan tempatmu? Kau disini punya siapa? Siapa yang
merasa memilikimu disini?” “untuk
apa? Untuk apa? Pikirkanlah, pikirkanlah”
“kesakitan apa lagi yang sedang
kau tunggu? Lebih baik kau akhiri” “Mati..
mati… mati… hahahaha” “Ambilah
keputusan, ambilah keputusan””Apa kamu percaya dengan kasih sayang dan
keadilan? hey itu hanya ilusi, hanya untuk menghibur
hati””bohong..bohong..bohong, semua bohong””ketika kamu bunuh diri, kamu
memenangkan segalanya””tidak berguna!” “mati!””hahahaha””rekayasa, jika tak ada
yang abadi, kanapa tidak mati sekarang saja””hidup hanya untuk dilukai, di dera
derita””mati”.
Aku sangat takut, cemas, dan
bingung dengan suara-suara itu. Suara yang selalu ada di dalam kamar dan
menganggu ketika malam. Suara yang membuatku menangis semalaman. Suara yang
tidak bisa kulawan dan kukalahkan, ketika hari hampir menyentuh pagi, aku mulai
kelelahan menangis semalaman, dan tertidur pulas. Itu adalah saat yang paling
membahagiakan, saat aku terlepas dari suara yang mengacaukan. Orang akan
berfikir aku malas dan tidak tertib karena selalu kesiangan dan terlambat akan
segala hal. Mereka tidak tau, mereka tidak mau tau, deritaku setiap malam
bertarung dengan setan-setan. Mereka tidak tau, bahwa hal yang paling
membahagiakan adalah ketika aku tertidur, ketika terlepas dari sangkut paut
dunia. Ketika aku berada di alam lain, tidak di dunia. Ah, aku sering berfikir
untuk mengikuti saja apa kata suara-suara itu. Mungkin aku akan bahagia… dan
dimengerti.
2 komentar:
asslmlkm, mbak yu.
aku takut salah nek mau terlalu banyak komentar.
sebelumnya aku mau minta maaf dulu kalau selama ini mungkin ada sikapku yang kurang menyenangkan bagimu.
singkat aja, ingin mendo'akan, semoga dirimu selalu dalam lindunganNya dan selalu dapat kemudahan di setiap usahamu.
wassalam.
Mbak, kami semua merindukanmu. Sungguh...
Posting Komentar