Follow Us @soratemplates

25/03/13

Jalan Kaki

"Yuar kok jalan kaki terus, motornya kemana?"

Ya, beberapa hari memang sering banget dapet pertanyaan ini. Ya, aku sekarang 'memilih' jalan kaki. Sebelumnya memang pakai motor, karena motor mau diperpanjang pajaknya, maka saya tinggal dulu motor saya dirumah. Dan saya, Jalan kaki kemana-mana. Oke, jika kalian tidak paham kemana-mana, marilah kita bayangkan rute harianku. Aku kos di daerah Mrican, samping Fak teknik UNY, itu artinya kalau aku ke kampus butuh waktu 15 menit untuk jalan -/+ 300 meter. Agak siang, saya akan bekerja di daerah Banguntapan, Bantul. Itu Sekitar 1-2 kilo, tapi aku akan naik bis jalur 7 dengan estimasi waktu: Jalan ke Jl. Gejayan untuk menunggu bis selama 5 menit, menunggu bis bisa 10-15 menit rata-rata, tapi kadang bisa setengah jam juga. Naik bis sekitar 20 menit, dan jalan kaki dari Jl. Solo hingga tempat kerja makan waktu 20 menit. Pulang kantor juga seperti itu, tapi ini jalannya lebih jauh karena waktu pulang aku harus naik Transjogja, dan perjalanan kantor transjogja 30 menit, dan perjalanan transjogja-kos 10 menit. Itu kalau wajar (langsung pulang) kadang aku memilih jalan lebih jauh dulu. Pernah suatu kali aku jalan kaki ke togamas, atau sengaja turun di shelter selanjutnya hanya untuk bisa jalan kaki lebih banyak. Aku sering penat akhir-akhir ini, aku butuh banyak refreshing, salah satunya jalan kaki.

Capek? ya. Tapi ada hal lain hingga Aku bertahan jalan kaki. Minggu berikutnya, Pajak motor sudah dibayar, dirumah ada 3 motor dan yang butuh kesana-kemari hanya mbakku saja. Sebenarnya bisa saja aku keasana-kemari minta anter adik karena sama-sama kuliah di UGM dan ya kita sebelahan fakultasnya. Tapi ya itu, aku memutuskan jalan kaki saja. Ada hal lain yang aku temukan dan rasakan...

Suatu ketika saya membaca tulisannya mbak Adit tentang battery people dan aku bersyukur bahwa aku sudah melepas kebiasaan itu, aku sudah tidak terlalu bergantung dengan gadget apapun. Kecuali blog/tumblr, aku butuh tempat katarsis. Dan ya, selama aku berjalan kaki, aku menyimpan semua gedget, melepas airphone dan melihat, benar-benar melihat apa yang terjadi di sekitarku. Inilah nikmatnya, selama ini aku sering melewati suatu tempat secara konstant, terus menerus, tapi bagitu acuh dengan tempat-tempat itu. Aku hanya was-wus tidak menduga banyak sekali hal-hal yang membuatku lebih tau dan lebih peka. Aku bisa mendengar orang membicarakan sesuatu, melihat orang beraktivitas, melihat bangunan dengan lebih detail, melihat semua pemandangan dengan pandangan yang berbeda, coba saja. Betapa aku sering berada di sana, betapa aku tidak menjadi bagian dari tempat itu. Aku sungguh menjadi orang asing.

Kemudian, suatu hari ketika pulang kerja di transjogja, hujan sedang deras dan aku menunggu hujan reda di shelter karena tidak membawa payung. Kemudian ada kakek-kakek tua, hanya mengenakan baju saja diantar dan dipayungi oleh seorang wanita muda. "Ke arah ini ya mbak" kata perempuan tadi kepada petugas shelter sambil memberikan uang. Kemudian bapak itu masuk (bapak itu setengah basah dan terlihat kedinginan) baru setelah bapak itu masuk, aku bisa melihat wajah wanita yang mengantarnta tadi, yang ternyataa... tetangga kamar kosku pas. Jalan kaki, coba kalau teman kosku tadi tidak jalan kaki, pasti dia tidak sempat menolong bapak yang kedinginan tadi. Berjalan kaki, membuat kita lebih peka terhadap sekitar dan kebutuhan orang lain. Kita semakin banyak kesempatan untuk menyadari itu dan menolong orang yang membutuhkan ketika berjalan kaki.

Selanjutnya, aku mencoba mencari komunitas jalan kaki untuk sekedar memiliki teman yang suka aktivitas ini. Namun, komunitas jalan kaki yang aku temukan berorientasi dengan pada diri sendiri, biar sehat bukan untuk tujuan sosial. Rencananya aku mencari komunitas ini, siapa tau aja ada yang bisa diajak jalan kaki dan bersama-sama menyadari keadaan lingkungan sekitar, syukur-syukur ada agenda 'menolong orang yang ditemui' karena pasti banyak sekali. Pada saat itu aku berasumsi bahwa bisa saja menilai peminpin yang baik itu yang dahulunya pernah jalan kaki dalam waktu lama (ketika kuliah misalnya) karena mereka akan benar-benar paham keadaan sekitarnya.



Dan terakhir, suatu hari aku makan bareng Moly. Tentu saja Moly menjemputku di kantor karena aku jalan kaki. "Kok jalan kaki, Yuar. Motormu kenapa e?" Yak, akhirnya dia juga bertanya. Kemudian aku bertanya, pernah gak sih kamu jalan kaki tanpa headseat dan merasakan semua hal tampak berbeda? Dan tak menyangka Moly justru lebih dulu melakukan kegiatan ini. Dia bercerita bahkan pernah suatu kali dia naik bis hanya untuk tau, apa saja yang dilakukan orang di bis dari pagi hingga sore hari. Iya, dia di bis itu dari pagi-sore. Gila. Dan dalam beberapa kesempatan dia juga memutuskan untuk jalan kaki dan melihat pemandangan berbeda itu. "Biasane awake dewe was-wus nggo motor, terus tiba-tiba jalan kaki rasane beda banget, ternyata banyak banget yang kita lewatkan!"

Jika kamu merasa manusia dan masih makhluk sosial, jalan kakilah sekali-kali, tanpa headset, tanpa gadget. Rasakan bedanya.


Oya, dengan jalan kaki, kamu lebih enak nyapa orang waktu papasan.

Tidak ada komentar: