Picture taken here |
Mungkin aku juga akan pergi kesana,
Menyisiri sungai Piedra, lalu duduk di sisinya dan menangis.
Menyisiri sungai Piedra, lalu duduk di sisinya dan menangis.
Harapan kita sama, di sisi sungai yang terus bergerak menjalar menuju
lautan,
Aku berharap hidupku selincah itu mengalir menuju pusaran.
Bersama air mata yang jatuh bersama aliran sungai Piedra,
Aku berharap hidupku selincah itu mengalir menuju pusaran.
Bersama air mata yang jatuh bersama aliran sungai Piedra,
Aku berharap segala beban, kegoncangan, gundah gulana, tekanan yang
menyesakkan ikut jatuh dan hanyut seketika.
Mungkin juga aku akan pergi kesana,
Menyusuri bibir Piedra, melempar batu dari sampingnya dan berteriak.
Menyusuri bibir Piedra, melempar batu dari sampingnya dan berteriak.
Tujuan kita sama, meredam segala keguncangan, kelelahan hidup,
pencarian tiada ujung untuk ditelan udara dan suara aliran sungai disana. Untuk
merasakan sejuk yang merambat ke tenggorokan.
Meskipun ketika pulang aku akan tersadar. Piedra tidak menjanjikan
apa-apa. Beban yang aku rasa telah kulemparkan ke sungai Piedra ternyata terbawa
pulang, begitu juga sesak dan gundah
gulanan masih bersungkur di pundak-pundak dan dada.
Mungkin aku harus melupakan episode Piedra, dan mencoba menghadapi
kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar