Follow Us @soratemplates

04/10/12

The Children and Their Eyes

"Kita harus tetap bergaul dengan anak-anak, agar tetap terhubung dengan kehidupan"


Picture taken from here






Aku harus menjaga itu, menjaga sisi kanak-kanakku. Seperti katanya: agar aku tetap hidup. Anak-anak itu memberi energi positif, entah darimana asalnya. Mungkin dahulunya semua orang memiliki energi itu, energi yang membawa kebahagiaan dan keringanan pikiran. Energi yang menyenangkan tetapi tidak memabukkan. Mungkin dulu, ketika masih kanak-kanak, kita semua memiliki energi itu.

Aku sedikit merasa ngeri ketika memikirkan, mungkinkan energi itu hilang seiring kedewasaan? Jadi dewasalah yang membuat energi itu meluntur? Aku tidak tahu.

Mungkin saja itu hanya tentang pikiran. Ah, orang dewasa terlalu banyak mengontrol. Orang dewasa merasa bahwa hidupnya ada ditangannya, dialah penguasan kehidupannya. Untuk itu, dia akan mengontrol semuanya: Perilaku, sikap, masa depan, resiko, perbuatan, apapun demi mendapatkan gelar 'matang dan dewasa' atau 'dihargai'. Orang dewasa benar-benar nggak efisien, semuaaa dipikirkan.. semuaaa di pertimbangkan.

Aku jadi ingat tentang konsep yang ia katakan, tentang 'Yang Lain'. Mudahnya, mari merasakan dan memahami apa yang namanya 'diri'. Hah, kata yang serriiing sekali diucapkan bukan? Setuju tidak kalau aku katakan bahwa di dalam diri kita ada 2 elemen yang tumpang tindih. Seketika suatu saat kita menjadi begitu pasrah, bagitu patuh, begitu taat terhadap Tuhan dan suatu sisi yang lain ketika kita sedang menghadapi sesuatu yang menjemukan, kepercayaan kita terhadap Tuhan memudar dan kadang kita ingin marah dengan Tuhan. Itu versiku terhadap terjemahan 'Yang Lain' yang diutarakannya. Kalau dia mengatakan bahwa 'Yang lain' adalah sisi lain kita yang selalu mempengaruhi untuk melakukan 'apa yang harus dilakukan' bukan 'apa yang ingin dilakukan'. Mudahnya, Yang Lain adalah super ego yang mengarahkan kita. Dia mengatakan bahwa Yang Lain itu setan, sisi kelam, sisi buruk, Yang Lain akan selalu mengarahkanmu ke arah apa yang diharapkan masyarakat, bukan apa yang diharapkan dirimu. Yang Lain akan menjadikanmu kehilangan dirimu. 

Yang Lain, menurutnya adalah elemen yang melunturkan energi anak-anak itu.


Mungkin orang tidak berani untuk menjadi dirinya sendiri, terlalu tertekan oleh kehadiran 'Yang Lain' dalam dirinya. Terlalu takut dianggap tidak dewasa dan tidak dihargai.

Anak-anak tidak butuh penghargaan, anak-anak hanya butuh kebahagiaan dengan cara yang tulus. Merebut mainan teman kemudian temannya itu menangis tidak membuat anak-anak bahagia. Perhatikan, anak itu pasti akan melihat anak yang menangis dengan tampang -sedih-.

Anak-anak tidak butuh perhitungan untung-rugi. Mereka tidak akan minta ganti mainan ke orang tua ketika dia meminjamkannya ke anak lain. Mereka hanya akan bermain bersama. Kalaupun kehilangan, mereka hanya perlu waktu 10 detik untuk di dekap di pelukan orang dewasa dan kemudian rasa kehilangan itu sudah hilang. Anak-anak akan bermain dan bernyanyi lagi bersama teman-temannya.

Biarkan. Kita tidak harus mengontrol seluruh dunia. Sudah ada yang mengaturnya. Tetap terjaga dengan anak-anak, tetap bergaul dan terhubung dengan diri mereka, tetap menjaga energi itu di dalam diri kita. Yang Lain biar menjadi Yang Lain, tetapi kita yang memutuskan. 

Tertawa, berlaku konyol, tidak ambil pusing, berbagi, bermain bersama, memaafkan.
Menjaga ketulusan.

Energi anak-anak itu adalah ketulusan.

1 komentar:

Ən Yeni Mahnı Sözləri 2 mengatakan...

tidak mesti jadi anak-anak, tetapi beberapa sifat dari anak-anak patut ditiru yang ketika dewasa sifat2 tersebut menghilang