"Kita harus tetap bergaul dengan anak-anak, agar tetap terhubung dengan kehidupan"
Picture taken from here |
Aku harus menjaga
itu, menjaga sisi kanak-kanakku. Seperti katanya: agar aku tetap hidup. Anak-anak
itu memberi energi positif, entah darimana asalnya. Mungkin dahulunya semua
orang memiliki energi itu, energi yang membawa kebahagiaan dan keringanan
pikiran. Energi yang menyenangkan tetapi tidak memabukkan. Mungkin dulu, ketika
masih kanak-kanak, kita semua memiliki energi itu.
Aku sedikit
merasa ngeri ketika memikirkan, mungkinkan energi itu hilang seiring
kedewasaan? Jadi dewasalah yang membuat energi itu meluntur? Aku tidak tahu.
Mungkin saja itu
hanya tentang pikiran. Ah, orang dewasa terlalu banyak mengontrol. Orang dewasa
merasa bahwa hidupnya ada ditangannya, dialah penguasan kehidupannya. Untuk
itu, dia akan mengontrol semuanya: Perilaku, sikap, masa depan, resiko,
perbuatan, apapun demi mendapatkan gelar 'matang dan dewasa' atau 'dihargai'.
Orang dewasa benar-benar nggak efisien, semuaaa dipikirkan.. semuaaa di
pertimbangkan.
Aku jadi ingat
tentang konsep yang ia katakan, tentang 'Yang Lain'. Mudahnya, mari merasakan
dan memahami apa yang namanya 'diri'. Hah, kata yang serriiing sekali diucapkan
bukan? Setuju tidak kalau aku katakan bahwa di dalam diri kita ada 2 elemen
yang tumpang tindih. Seketika suatu saat kita menjadi begitu pasrah, bagitu
patuh, begitu taat terhadap Tuhan dan suatu sisi yang lain ketika kita sedang
menghadapi sesuatu yang menjemukan, kepercayaan kita terhadap Tuhan memudar dan
kadang kita ingin marah dengan Tuhan. Itu versiku terhadap terjemahan 'Yang
Lain' yang diutarakannya. Kalau dia mengatakan bahwa 'Yang lain' adalah sisi
lain kita yang selalu mempengaruhi untuk melakukan 'apa yang harus dilakukan'
bukan 'apa yang ingin dilakukan'. Mudahnya, Yang Lain adalah super ego yang
mengarahkan kita. Dia mengatakan bahwa Yang Lain itu setan, sisi kelam, sisi buruk,
Yang Lain akan selalu mengarahkanmu ke arah apa yang diharapkan masyarakat,
bukan apa yang diharapkan dirimu. Yang Lain akan menjadikanmu kehilangan
dirimu.
Yang Lain,
menurutnya adalah elemen yang melunturkan energi anak-anak itu.
Mungkin orang
tidak berani untuk menjadi dirinya sendiri, terlalu tertekan oleh kehadiran
'Yang Lain' dalam dirinya. Terlalu takut dianggap tidak dewasa dan tidak
dihargai.
Anak-anak tidak
butuh penghargaan, anak-anak hanya butuh kebahagiaan dengan cara yang tulus.
Merebut mainan teman kemudian temannya itu menangis tidak membuat anak-anak
bahagia. Perhatikan, anak itu pasti akan melihat anak yang menangis dengan
tampang -sedih-.
Anak-anak tidak
butuh perhitungan untung-rugi. Mereka tidak akan minta ganti mainan ke orang
tua ketika dia meminjamkannya ke anak lain. Mereka hanya akan bermain bersama.
Kalaupun kehilangan, mereka hanya perlu waktu 10 detik untuk di dekap di
pelukan orang dewasa dan kemudian rasa kehilangan itu sudah hilang. Anak-anak
akan bermain dan bernyanyi lagi bersama teman-temannya.
Biarkan. Kita
tidak harus mengontrol seluruh dunia. Sudah ada yang mengaturnya. Tetap terjaga
dengan anak-anak, tetap bergaul dan terhubung dengan diri mereka, tetap menjaga
energi itu di dalam diri kita. Yang Lain biar menjadi Yang Lain, tetapi kita
yang memutuskan.
Tertawa, berlaku
konyol, tidak ambil pusing, berbagi, bermain bersama, memaafkan.
Menjaga
ketulusan.
Energi anak-anak
itu adalah ketulusan.
1 komentar:
tidak mesti jadi anak-anak, tetapi beberapa sifat dari anak-anak patut ditiru yang ketika dewasa sifat2 tersebut menghilang
Posting Komentar