Follow Us @soratemplates

21/03/12

Cinta tidak Salah, tapi Cara Mencintai Bisa Saja Salah


Suatu hari (elah) aku mendengar iklan non komersial  radio, radionya lupa. Di iklan itu ada dua cewek yang sedang berdialog, dari dialognya, bisa kita duga bahwa mereka karib bangat. Kurang lebih gini (aku cuman inget inti dialognya, jadi ini sambil ngayal nulisnya):


Cew 1: Lo bener  nggak papa?
Cew2: Gak papa (sambil nangis sesengukan), dia udah sering kayak gini kok ke gue…
Cew1 : Ya ampun, kenapa lo mau sih digituin, kenapa gak putusin aja?
Cew2: enggaklah, gw sayang banget sama dia. Gue ngerti kok ini dia lakuin karena dia juga sayang sama gue. Cuman dia nggak tahu cara buat nunjukinnya..
Cew1: Serius lo? Sampe kapan lo mau di siksa terus sama dia?
Cew 2: Iya. Ini udah untuk terakhir kali kok, dia udah janji nggak bakal nglakuin ini lagi ke gue..
Cew1: Yakin Lo?
Cew2 : Iya. Dia janji udah bener2 janji  kok (tiba2 ada suara HP berdering). Eh, sori gw angkat telpon dari cow gw dulu, musti buru-buru diangkat kalau enggak dia bakal marah-marah.. sori tinggal bentar yaa… (suara langkah kaki dan suara cewe semakin samar menjauh)



Seketika aku langsung teringat dengan presentasi teman sekelasku dengan tema KEKERASAN DALAM PACARAN (KDP). Nah, kata-kata yang  paling kuingat adalah ketika temenku membacakan kesimpulan dari presentasi itu, kesimpulannya adalah “Bullshit tu Cinta! Buang ke laut saja orang yang melakukan kekerasan atas nama cinta!” Standing applause-lah semua yang dengering presentasi itu.
Kekerasan dalam pacaran memang masih tabu dibahas, sekarang masih banyak yang fokus dengan kekerasan dalam rumah tangga. Tapi jangan pernah menganggap ini sepele, ada riset yang menyebutkan setiap tahun di Amerika Serikat  ada delapan juta perempuan yang mengalami kekerasan oleh pacar lelakinya sebelum usia 18 tahun. Dan di Indonesia, berdasarkan data komnas perempuan tahun 2010 ada 1,299 kasus kekerasan dalam pacaran. Ini yang dilaporkan, aku sangat yakiiiin masih banyyaaak sekali kasus-kasus yang tidak dilaporkan.



Mereka tidak melapor karena masih menganggap relationship atau pacaran adalah masalah pribadi, jadi tak perlu melibatkan orang lain, apalagi badan hukum, atau pengadilan. Bahkan jika terjadi kekerasan si korban akan menyembunyikan peristiwa itu untuk menjaga nama baik pacarnya (WTF!).



Selama menulis ini aku malah geregetan sendiri. Secara pribadi sih belum pernah ngalami, tetapi ada beberapa teman-teman permpuan ku yang curhat kalau dia di bully, Pernah seorang teman datang ke kos dalam keadaan babak belur, haha. Lebai sih, tapi bagiku itu udah parah. Jadi ceritanya si cew ini sangat cantik menurutku, kulitnya putih, mulus, dan terjaga. Ya, dia sangat merawat tubuhnya (demi siapa coba?). Dan malem itu, malem banget, dia datang dan nginep di kos ku dengan keadaan muka bekas cakaran dan cubitan, lengan juga sampai memar di cubit. Saat kuntanya kenapa, dia cuman bilang, ‘biasa mbak kalau tengkar emang gini’. Dan alasan kenapa dia masih bertahan di bully tiap bertengkar kayak gitu (bayangkan sejak SMP mreka pacaran dan sekarang dia kuliah semester 1, dia bilang karena cinta banget. Pernah putus dengan alasan itu (bully) tetapi si cew gak tahan jomblo dan merasa dialah lelaki satu-satunya, dan akhirnya balikan. Duh!



KDP adalah penggunaan dengan sengaja taktik kekerasan dan tekanan fisik untuk mendapat serta mempertahankan kekuasaan dan kontrol terhadap pasangan. Ada dua poin utama yang harus diperhatikan dari pengertian tersebut. Pertama, dengan sengaja. Perilaku kekerasan adalah sesuatu yang disadari, bahkan dipelajari oleh pelakunya. Pelaku sesungguhnya memiliki kemampuan menghentikan perilakunya. Kalau kedua, kekuasaan dan kontrol. Pelaku menggunakan kekerasan untuk mendapat apa yang diinginkannya, membuat pasangan tetap bersamanya, dan membuat pasangan melakukan hal-hal yang dia inginkan. Nah, mengenali dan menangani kasus KDP bukanlah perkara mudah, karena biasanya korban menyangkal bahwa dia mendapat kekerasan. Yang lebih mengerikan lagi, seringkali korban justru melihat tindak kekerasan yang dilakukan pacar sebagai sanjungan; sesuatu yang membanggakan dan wajar jika dilakukan oleh seorang kekasih. Dan, yang patut dicatat, pasangan korban/pelaku bisa bersikap sangat manis, romantis, dan penuh perhatian di depan orang lain. Takkan ada seorang pun yang menyangka bahwa dia adalah pelaku kekerasan (Ema,2012 –udah kayak skripsi aja-).”



Ada tiga bentuk kekerasan dalam pacaran:
  • Fisik, jelas kan ya?
  • Seksual, bisa berupa rabaan, ciuman, sentuhan yang tidak kita kehendaki, apalagi disertai ancaman akan ditinggalkan. O iya, ini gak masuk KDP, tetapi perlu diperhatikan apalagi bagi cow2: suitan atau godaan di jalan itu juga merupakan abuse, cew akan merasa direndahkan dan malu kalliiii digituin. Artinya misalnya si cew mau melaporkan ke polisi dengan dakwaan abuse, sangat bisa. Cow yang baik tentu nggak seneng merendahkan cew kaan??
  • Emosi
    Berupa cacian, makian, umpatan, hinaan, menjadikan kita bahan olok-olok dan tertawaan ataupun menyebut kita dengan julukan yang bikin sakit hati, cemburu berlebihan, ngelarang en ngebatesin aktivitas kita, ngelarang kita berdandan, atau malah nyuruh berdandan dgn sytle yg dimau cowok, ngebatesin kita bergaul dengan siapa, larangan bertegur sapa atau ramah dengan orang lain serta memeras.
    Bentuk kekerasan ini banyak terjadi, namun tidak kelihatan dan jarang disadari, termasuk oleh korbannya sendiri. Pada intinya, kekerasan emosional ini akan menimbulkan perasaan tertekan, tidak bebas dan tidak nyaman pada korbannya.



Ini aku comot dari suatu situs :
Ada beberapa tanda-tanda awal dari korban yang bisa menjadi patokan:
  1. Sebelum berpacaran dengan pelaku, ia memiliki lebih banyak teman. Jumlah teman dan intensitas komunikasi dengan teman berkurang setelah dia pacaran.
  2. Jika mendapat SMS dari pacar, dia akan panik dan harus segera merespon balik, sekalipun dia sedang dalam situasi yang penting, seperti sedang rapat, sedang kuliah, dan sebagainya.
  3. Pacar selalu cemburu ketika ia bersama orang lain, meskipun hanya berbicara.
  4. Pacar selalu membuka ponselnya dan mengecek daftar panggilan atau pesan teks yang masuk.
  5. Pacar sering menuduhnya melakukan hal-hal yang tidak dia lakukan.
  6. Pacar agresif saat marah: memukul dinding, membanting barang.
  7. Mereka saling berkomunikasi lewat telepon beberapa kali setiap hari, dengan durasi yang lama.
  8. Pacar selalu menasehati (alias mengatur) tentang bagaimana memilih teman, merias diri, gaya rambut, dan memilih baju.
  9. Pacar memanggilnya dengan kata-kata buruk.
  10. Dia sangat menderita jika harus berpisah dari pacarnya.
  11. Dia memandang rendah diri sendiri, dan sering berkomentar buruk tentang dirinya/penampilannya.
  12. Dia selalu berdalih, mengatakan bahwa si pacar melakukan semua itu karena kesalahannya sendiri.

Merasa udah melakukan kekerasan atau dikenai kekerasan? Saranku, MOVE ON!

2 komentar:

Indiana Malia mengatakan...

Oi...oi....mbk....
Aku og ra di follow te.. -_-

Unknown mengatakan...

hah, durung ke follow poh? wokeh aku folback