Follow Us @soratemplates

26/03/12

Setidaknya, kini ia tampak begitu bahagia.



Sudahlah Ma, jangan menangis lagi. Ini memang bagian hidup yang harus kita jalani. Lihatlah, Kamira, setidaknya kini ia tampak begitu bahagia.


Memang berat, sudah berapa tahun engkau merawat dia, dua puluh tujuh tahun? Seharusnya masa-masa ini adalah masa-masa bahagia kita, Kamira dengan gelimang kebahagiaan, hidup mapan bersama Bang Husnan. Dan tentu saja anak semata wayang, cucu semata wayang mama, dan keponakan semata wayangku, Ara. Ara yang chubby menggemaskan itu. Seharusnya Ma, tetapi Manusia memang tidak pernah tahu jalan Tuhan. Itu mengapa kita harus selalu ingat dan bersyukur.


Kamira anak yang baik dan membanggakan, selalu Ma. Dahulu sampai sekarang. Selain kakak bagiku, Kamira juga Ayah yang melindungi kita, semenjak Ayah tiada tentu saja. Dia wanita yang sungguh bisa diandalkan. Dalam usia mudanya tak pernah mengecewakan kita sedikitpun, semenjak kuliah dia bekerja dan mampu membiayai kuliahnya sendiri. Selain itu dia juga terlibat dalam organisasi yang ikut membentuk karakter kritisnya terhadap kehidupan serta membuatnya semakin mengerti empati dan tanggung jawab. Ya, Kamira wanita yang sanggat bertanggung Jawab, terhadap kehidupannya, terhadapku, adiknya satu-satunya, dan Mama tentu saja. Satu lagi Ma, Kamira tak pernah mengeluh dengan keadaan sekeras apapun, tak pernah putus asa, dan tak pernah menangis dalam keadaan apapun. Dalam memoriku memang aku tak pernah melihatnya lemah dan menangis, baru kali ini saja Ma. 


Kerasnya Kamira terhadap kehidupan membuat kita kuat kan Ma? Lihat bagaimana ia menjadi ‘ayah’ yang menegakkan disiplin di keluarga kita, sekali dua kali aku kesal dan mencari perlindungan darimu karena kena omelan Kamira ketika ia memergokiku melanggar aturan, atau males-malesan belajar. Ya, Kamira memang cerewet dan suka mengatur. Tapi itu semua, demi kita, demi masa depanku, demi kehormatan keluarga kita.


Dahulu kadang aku merasa kasihan dengan kehidupan Kamira yang sepertinya tidak pernah hidup untuk dirinya sendiri. Aku tak pernah ingat kapan Kamira pergi bersama teman-temannya untuk bersenang-senang, kecuali waktu ada undangan kondangan. Seluruh waktu dan pikiran Kamira hanya untuk masa depan kita. Bekerja bekerja bekerja. Target target target. Itulah Kamira, Banyak pencapaian yang ia raih selama kuliah. Namun, ketika Kamira memutuskan untuk menerima lamaran Bang Husnan, semua menjadi berubah. Bang Husnan bagaikan malaikat yang menghentikan segala obsesi Kamira dan membayar semua kerja kerasnya dengan kebahagiaan. Kebahagiaan bertubi-tubi. Ma, dalam masa-masa hidup kita, seingatku saat itu adalah saat-saat yang paling membahagiakan bagi Kamira, sekalipun ia tak pernah terlihat bersedih. Dan Ma, apakah kau tahu? Kamira justru nampak lebih cantik setelah menikah dengan Bang Husnan, dia seperti bercahaya. Ya Ma, selalu bercahaya. Apalagi setelah kelahiran Ara, Kamira tidak hanya bercahaya, tetapi juga sangat hangat. Ma, aku juga inigin seperti itu nanti. Hidup Kamira sempurna, ia sudah tidak mengingginkan apapun. Pernah aku tanya tentang ide bisnis yang sering kita diskusikan, dia berkata: “hidupku sudah sanggat cukup. Aku tidak akan mengejar apa-apa lagi. Aku ingin menikmati dan mensyukuri apa yang aku dapatkan saat ini”. Ma, Kamira sedang berada dalam puncak kebahagiaan dan kesempurnaan hidup saat itu.


Jalan Tuhan Ma, Aku yakin Bang Husnan berhati-hati kalau menaiki kendaraan. Saat itu memang jalan sedang sepi, tetapi keadaan sepi lah yang membuat bus-bus antar provinsi itu ngebut-ngebutan. Toh, sopir bus juga sudah ditanggkap. Jangan meminta nyawa kembali Ma, Bang Husnan dan Ara itu milik Tuhan, Tuhan berhak mengambilnya kapan saja bukan? Jangan meminta nyawa kembali kepada sopir bus itu, bahkan ia tidak bisa melindungi nyawanya sendiri.


Jangan Ma, jangan salahkan Tuhan. Mari terima ini dengan lapang dada, sesak Ma? Iya. Aku juga merasakannya, perih Ma? Sangat, sangat perih Ma. Apalagi melihat keadaan Kamira yang seperti ini. Kamira belum bisa menerima kenyataan bahwa Bang Husnan dan Ara telah berpulang, ke kehidupan abadi. Kamira linglung, depresi dan kehilangan orientasi terhadap kehidupan. Bukan Ma, Kamira bukan tidak kuat. Dia hanya sedang mengumpulkan kekuatan, tetap percaya Ma. Kita juga harus kuat, harus lebih kuat dari siapapun. Demi Kamira.
Lihat senyumnya Ma, sudah lama bukan Kamira tidak tersenyum seperti itu. Sejak tiga bulan kejadian kecelakaan maut itu. Setidaknya, Ia sekarang terlihat begitu bahagia. Ia masih memeluk bonneka itu Ma, dahulu waktu dirumah, Mama selalu membuang boneka itu ketika Kamira menggendong dan mencandainya dan mengatakan bahwa itu boneka, bukan Ara. Tentu Kamira marah-marah dan menggamuk. Perih Ma? Iya, aku hanya bisa menangis di balik pintu pada waktu itu.


Sudah Ma, Puri ini memang tempat terbaik untuk kepulihan Kamira. Dia memerlukan perawatan yang ahli. Prosesnya memang lama, kata psikiater yang merawatnya. Tetapi kita harus sabar, optimis dan selalu berdoa. Kamira pasti kembali Ma, kembali kuat seperti dahulu.
Kamira anak yang baik dan membanggakan, selalu Ma. Dahulu sampai sekarang. Lihat, setidaknya saat ini ia terlihat begitu bahagia.

2 komentar:

Indiana Malia mengatakan...

wewwwww....
apik mb!

Unknown mengatakan...

hehe. Nuwun..