Cerita
tentang pribadi Mbak Tata sendiri tidak kalah menarik. Mas Anton adalah dalang
utama mengapa cerita tentang mbak Tata diketahui banyak orang. Tapi toh, mbak Tata
tidak keberatan dengan itu. Mbak Tata merupakan anak kedua dari empat
bersaudara. Kedua orang tuanya guru, satu PNS, satu wiyata bhakti. Kakaknya
perempuan, menikah dengan seorang laki-laki yang ngakunya juragan. Pernikahan
anak pertama diselenggarakan begitu megah untuk ukuran orang desa.
Perhitungannya, kakak mbak Tata yang bekerja sebagai administrasi kantor dan
suaminya yang juragan pasti akan membantu keuangan keluarga dan membantu
membiayai sekolah adik-adiknya. Untuk itu orang tua Mbak Tata berani hutang
banyak ke Bank. Tapi apes, bahkan ketika berumah tanggapun suami dari
kakak mbak Tata belum bisa membeli
rumah. Kakak mbak Tata tinggal dengan mertua. Dan ya, ternyata juragan juga
tidak menjamin kaya atau sejahtera. 3 bulan setelah pernikahan, kakak mbak Tata
pulang untuk meminjam uang dan beras. Alang kepalang membayar hutang, orang tua
mbak Tata menjual sawah yang hanya secuil dan sepeda motor untuk menutupi
hutangnya di bank. Itupun masih belum cukup karena biaya kuliah mbak Tata dan
kedua adik yang masih SMA dan SMP juga banyak. Yang terjadi hanyalah, gali
lobang tutup lobang. Dan semakin lama lobang yang digali dan di tutup bukan
semakin mengecil malah semakin melebar.
Pada
usia 23 tahun Mbak Tata lulus kuliah. Pada usia itu pula ia dipaksa menikah
dngn laki-laki yang bahkan tidak dikenalnya. Mbak Tata dijodohkan oleh
laki-laki pilihan orang tuanya. Laki-laki itu asalnya dari Sukoharjo, konon dia
adalah anak konglomerat yang memiliki pabrik tekstil terbesar se Asia Tenggara.
Perjanjiannya adalah, keluarga calon suami Mbak Tata akan melunasi semua
hutang, membiayai semua kebutuhan pernikahan dan menjanjikan mbak Tata hidup
enak.
Hari
pernikahanpun tiba, dan itulah hari pertama mbak Tata melihat langsung calon
suaminya. Karena selama perkenalan oran tua calon suaminya yang datang ke rumah
mbak Tata, dan hanta membawa foto dari calonnya itu. wajahnya memang putih,
tinggi meskipun agak kurus tapi tetap tampan seperti yang di foto. Tetapi yang
membuat mbak Tata kaget adalah bahwa ternyata lelaki ini sedikit gagu, untuk
bicara saja sulit dan sepatah kata sepatah kata, serta kemampuan komunikasi
yang juga lemah. Kadang tidak nyambung tentang apa yang ditanyakan dengan apa
jawaban yang diberikan. Kemudian, ketika berbicara pandangan matanya tidak
pernah mengarah pada si yang mengajak bicara. Melihat keadaan itu, Mbak Tata
merasa keberatan dan meminta orang tuanya untuk membatalkan pernikahaan itu.
tetapi orang tua mbak Tata menolak, kepalan tanggung katanya. Mereka juga
menekankan bahwa inilah satu-satunya cara menyelamatkan orang tua dari jeratan
rentenir bank. Ini satu-satunya cara berbakti kepada orang tua. Mulai saat itu,
mbak Tata membenci orang tuanya, ia merasa ‘dijual’ oleh orang tuanya.
Kemudia apa yang menjadi ketakutan mbak Tata terjadi juga. Dari pertama mbak Tata merasa bahwa pernikahannya hanyalah quo vadis bahwa suaminya itu laku, bisa menikah dengan wanita yang berpendidikan. Benar saja, setelah menikah mbak Tata tinggal di sukoharja dengan suami dan keluarganya. Tetapi mbak Tata tidak pernah diperlakukan sebagai isteri atau mantu. Ia diperlakukan seperti pembantu. Lebih parah, mbak Tata sering di caci, dihina dan diperlakukan kasar oleh anggota keluarga. Mbak Tata tidak pernah diberi uang pegangan sepeserpun, tidak pernah diijinkan untuk pergi kemanapun bahkan ke rumahnya sendiri di boyolali. Jika mbak Tata menolak, mereka akan mengancam mengambil kembali uang dan sawah yang sudah diberikan kepada keluarga mbak Tata. Pasca menikah, mbak Tata juga tidak pernah tinggal sekamar dengan suaminya. Ia diberi ruangan khusus yang sempit. Hanya ketika suaminya itu ‘kepengen’ saja mereka tidur sekamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar