Follow Us @soratemplates

23/10/13

Tata Sukma Mulia bag. 1




Mbak Tata, kami menyebut wanita paruh baya itu . Dia adalah pencetus sekaligus fasilitator utama Tata Sukma Mulia. LSM di desa Mbutuh, Boyolali. Sebenarnya bukan LSM juga sih, karena semua pembiayaan dari mbak Tata, makanya kami para volunteer sering beranekdot LSM sebagai Lembaga Swadaya Mbak Tata.  Aku sendiri baru beberapa minggu disini, sebagai freelance volunteer. Udah volunteer, freelance lagi! LSM ini sangat menarik dan belum aku temui selain disini. Tata Sukma Mulia bukan lembaga untuk tujuan mensejahterakan anggota atau membela keadilan seperti pada umumnya. Seperti namanya, kata mbak Tata waktu memberikan pengarahan pada volunteer baru, Tata Sukma Mulia, Tata artinya menata, mengatur. Sukma artinya hati, jiwa, pikiran, mental dan sejenisnya. Mulia adalah tujuan hidup masyarakat Jawa, Urip Mulyo. Hidup dengan terhormat. Aku kira dulu nama Tata Sukma Mulia itu namanya Mbak Tata, ternyata bukan. Nama asli mbak Tata adalah Anggita Lestari,S. Psi. Tata Sukma Mulia adalah menata jiwa untuk mencapai kemuliaan hidup. Begitu kira-kira.



TSM kita singkat saja, merupakan LSM yang mendampingi para buruh di daerah Boyolali dan sekitarnya dalam masalah psikologis berbasis keluarga. Jujur aku kesulitan menjelaskannya. Karena kata psikologis bagi orang awam selalu diasosiasikan sebagai suatu gangguan mental. Tapi begini, sebagian besar masyarakat desa Mbutuh dan sekitarnya merupakan buruh pabrik garmen . Hampir 9 jam waktu mereka dihabiskan di dalam pabrik, dari pagi hingga sore dengan libur hanya satu hari dalam seminggu. Keadaan ini menjadi sangat stressfull karena tuntutan kerja yang tinggi. Sebagian dari mereka adalah Ibu dengan satu dua orang anak yang beranjak remaja, para suami biasanya berprofesi sebagai buruh serabutan, petani, atau dagang. Gaji yang diperoleh dari buruh pabrik tidak seberapa, hanya cukup untuk makan. Pun pengasilan dari buruh serabutan, bertani, atau berdagang juga pasang surut. Tidak pernah cukup untuk merenovasi rumah. Dengan tekanana kerja dan tekanan ekonomi seperti itu maka akan berpengaruh pada kondisi emosi terutama mental kedua orang tua ini. Anak yang beranjak remaja  juga membutuhkan bimbingan dan perhatian. Sedang waktu mereka bertemu dengan anak hanya sebentar, hanya ketika sore atau malam hari dan pagi hari. Kadang pagi haripun mereka tidak bertemu, karena sang ibu yang bekerja di pabrik harus berangkat jam 5 pagi. Ketika bertemupun mereka semua, ya anak ya orang tua pasti dalam keadaan lelah. Keadaan ini menjadi semakin menekan ketika ada masalah dalam keluarga, pertengkaran sering terjadi, KDRT, usir-mengusir, hingga perceraian.  Apalagi pabrik juga sering melakukan PHK seenak udelnya sendiri. Tanpa pesangon, dll. Tidak aneh jika keluarga di daerah sini banyak yang tidak harmonis, ada saja pertengkaran, ada saja masalah, ada saja kejadian kawin-cerai, anak hamil diluar nikah, suami selingkuh, mabuk-mabukan hingga beberapa kejadian bunuh diri.


Untuk itu mbak Tata yang juga warga Mbutuh dan pernah belajar Psikologi menginisiasi   TSM ini, dengan prinsip konseling keluarga. Sebenarnya pemerintah juga memiliki program yang hampir mirip. Dilunjurkan kira-kira tahun 2010 lalu. Nama programnya adalah LK3, Lembaga Konseling Kesejahteraan Keluarga. Seperti lembaga pemerintah lainnya, program ini nggak sampai ke masyarakat paling bawah, buruh. Maka TSM muncul sebagai LSM yang lepas dari pemerintah.


Program TSM dilaksanakan satu bulan sekali. Kebanyakan kegiatannya hanya senang-senang atau didalam program ditulis dengan istilah quality time family.  Artinya, kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh anggota yang mendaftar, tetapi juga oleh seluruh anggota keluarga inti yang mendaftar tadi. Jadi , anak dan suami atau isteri diajak ikut serta. Kegiatan-kegiatan kecil seperti foto bersama, outbond, makan ditaman, masak bersama atau lomba masak antar keluarga ternyata memiliki efek yang menakjubkan dalam keharmonisan keluarga. Selain itu juga ada pendampingan konseling intensif bagi yang memiliki masalah berat, sharing bersama –yang didalamnya harus ada giving affection antar anggota- , self disclose, relaksasi, latihan kendali emosi, hingga pengajian dan penyuluhan. Tidak semua kegiatan melibatkan anak atau pasangan tentu saja. 

Tidak ada komentar: