Pabrik
tekstil yang katanya terbesar seasia tenggara itu nyatanya juga nggak
hebat-hebat amat. Karyawannya memang banyak, sekitar 800an. Tetapi pengelolaan
yang buruk, pekerja yang dieksploitasi bekerja sekeras mungkin dengan gaji
seminim mungkin membuat banyak pekerja yang melarikan diri. Tahun kedua pasca
pernikahan mbak Tata, pegawai yang bekerja di sana menurun drastis hingga
kurang dari 100 orang. 20 diantarnya bekerja di bagian administrasi. Pabrik
keluarga suami mbak Tata diujung kebangkrutan. Keadaan itu membuat keluarga
suami mbak Tata menjadi awut-awutan, semakin kacau dan banyak pertengkaran.
Saat itu juga akhirnya mbak Tata memberanikan diri dan menawarkan diri untuk ikut bekerja di pabrik. Mbak Tata berdalih
bahwa dia adalah lulusan Psikologi dan tau bagaimana mengatur karyawan dan
perusahaan. Sangking kepepetnya keadaan itu, akhirnya keluarga suami mbak Tata
mengijinkan mbak Tata untuk bekerja di pabrik. Dengan syarat, tanpa gaji. Bagian
administrasi yang hanya berjumlah 20 orang tadi dipotong hanya menjadi 12
orang. Mbak Tata memegang 4 bagian/sektor sekaligus.
Bagi
Mbak Tata keadaan ini jauh lebih menyenangkan daripada harus dikungkung didalam
rumah melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ternyata Mbak Tata memiliki
kemampuan yang luar biasa dalam mengatur orang dan perusahaan. Sedikit demi
sedikit per sektor diperbaiki. Hingga tahun kelima, pabrik tekstil itu kembali
meraih kejayaannya. Waktu tahun pertama bekerja mbak Tata sudah hamil, dan pada
tahun kelima mbak Tata sudah memiliki 2 anak. Keadaan rumah tangga mbak Tata
tetap dingin, justru mbak Tata menganggap orang-orang di pabriklah yang menjadi
keluarganya.
Namun, lagi-lagi berurusan dengan orang yang oportunis. Setelah
pabrik kembali stabil, mbak Tata diceraikan oleh suaminya. Bagi mbak Tata itu
bukan masalah besar, mbak Tata tidak pernah mencintai suaminya. Namun
yang menyakitkan adalah mbak Tata difitnah dan dituduh ingin merebut kekayaan
keluarga suaminya, lagi hak asuh anak ada ditangan suami dan mbak Tata tidak
boleh menemuinya. Akhirnya mbak Tata dipulangkan ke rumahnya di boyolali,
tetap tanpa membawa pulang uang sepeserpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar