Sudahlah
Ma, jangan menangis lagi. Ini memang bagian hidup yang harus kita jalani.
Lihatlah, Kamira, setidaknya kini ia tampak begitu bahagia.
Memang berat, sudah berapa tahun engkau
merawat dia, dua puluh tujuh tahun? Seharusnya masa-masa ini adalah masa-masa
bahagia kita, Kamira dengan gelimang kebahagiaan, hidup mapan bersama Bang
Husnan. Dan tentu saja anak semata wayang, cucu semata wayang mama, dan
keponakan semata wayangku, Ara. Ara yang chubby
menggemaskan itu. Seharusnya Ma, tetapi Manusia memang tidak pernah tahu jalan
Tuhan. Itu mengapa kita harus selalu ingat dan bersyukur.
Kamira anak yang baik dan membanggakan, selalu
Ma. Dahulu sampai sekarang. Selain kakak bagiku, Kamira juga Ayah yang
melindungi kita, semenjak Ayah tiada tentu saja. Dia wanita yang sungguh bisa
diandalkan. Dalam usia mudanya tak pernah mengecewakan kita sedikitpun, semenjak
kuliah dia bekerja dan mampu membiayai kuliahnya sendiri. Selain itu dia juga
terlibat dalam organisasi yang ikut membentuk karakter kritisnya terhadap
kehidupan serta membuatnya semakin mengerti empati dan tanggung jawab. Ya, Kamira
wanita yang sanggat bertanggung Jawab, terhadap kehidupannya, terhadapku,
adiknya satu-satunya, dan Mama tentu saja. Satu lagi Ma, Kamira tak pernah
mengeluh dengan keadaan sekeras apapun, tak pernah putus asa, dan tak pernah
menangis dalam keadaan apapun. Dalam memoriku memang aku tak pernah melihatnya
lemah dan menangis, baru kali ini saja Ma.
Kerasnya Kamira terhadap kehidupan membuat
kita kuat kan Ma? Lihat bagaimana ia menjadi ‘ayah’ yang menegakkan disiplin di
keluarga kita, sekali dua kali aku kesal dan mencari perlindungan darimu karena
kena omelan Kamira ketika ia memergokiku melanggar aturan, atau males-malesan
belajar. Ya, Kamira memang cerewet dan suka mengatur. Tapi itu semua, demi
kita, demi masa depanku, demi kehormatan keluarga kita.
Dahulu kadang aku merasa kasihan dengan
kehidupan Kamira yang sepertinya tidak pernah hidup untuk dirinya sendiri. Aku
tak pernah ingat kapan Kamira pergi bersama teman-temannya untuk
bersenang-senang, kecuali waktu ada undangan kondangan. Seluruh waktu dan
pikiran Kamira hanya untuk masa depan kita. Bekerja bekerja bekerja. Target
target target. Itulah Kamira, Banyak pencapaian yang ia raih selama kuliah.
Namun, ketika Kamira memutuskan untuk menerima lamaran Bang Husnan, semua
menjadi berubah. Bang Husnan bagaikan malaikat yang menghentikan segala obsesi Kamira
dan membayar semua kerja kerasnya dengan kebahagiaan. Kebahagiaan bertubi-tubi.
Ma, dalam masa-masa hidup kita, seingatku saat itu adalah saat-saat yang paling
membahagiakan bagi Kamira, sekalipun ia tak pernah terlihat bersedih. Dan Ma,
apakah kau tahu? Kamira justru nampak lebih cantik setelah menikah dengan Bang
Husnan, dia seperti bercahaya. Ya Ma, selalu bercahaya. Apalagi setelah
kelahiran Ara, Kamira tidak hanya bercahaya, tetapi juga sangat hangat. Ma, aku
juga inigin seperti itu nanti. Hidup Kamira sempurna, ia sudah tidak
mengingginkan apapun. Pernah aku tanya tentang ide bisnis yang sering kita
diskusikan, dia berkata: “hidupku sudah
sanggat cukup. Aku tidak akan mengejar apa-apa lagi. Aku ingin menikmati dan
mensyukuri apa yang aku dapatkan saat ini”. Ma, Kamira sedang berada dalam
puncak kebahagiaan dan kesempurnaan hidup saat itu.
Jalan Tuhan Ma, Aku yakin Bang Husnan
berhati-hati kalau menaiki kendaraan. Saat itu memang jalan sedang sepi, tetapi
keadaan sepi lah yang membuat bus-bus antar provinsi itu ngebut-ngebutan. Toh,
sopir bus juga sudah ditanggkap. Jangan meminta nyawa kembali Ma, Bang Husnan
dan Ara itu milik Tuhan, Tuhan berhak mengambilnya kapan saja bukan? Jangan
meminta nyawa kembali kepada sopir bus itu, bahkan ia tidak bisa melindungi
nyawanya sendiri.
Jangan Ma, jangan salahkan Tuhan. Mari terima
ini dengan lapang dada, sesak Ma? Iya. Aku juga merasakannya, perih Ma? Sangat,
sangat perih Ma. Apalagi melihat keadaan Kamira yang seperti ini. Kamira belum
bisa menerima kenyataan bahwa Bang Husnan dan Ara telah berpulang, ke kehidupan
abadi. Kamira linglung, depresi dan kehilangan orientasi terhadap kehidupan.
Bukan Ma, Kamira bukan tidak kuat. Dia hanya sedang mengumpulkan kekuatan,
tetap percaya Ma. Kita juga harus kuat, harus lebih kuat dari siapapun. Demi Kamira.
Lihat senyumnya Ma, sudah lama bukan Kamira
tidak tersenyum seperti itu. Sejak tiga bulan kejadian kecelakaan maut itu.
Setidaknya, Ia sekarang terlihat begitu bahagia. Ia masih memeluk bonneka itu
Ma, dahulu waktu dirumah, Mama selalu membuang boneka itu ketika Kamira
menggendong dan mencandainya dan mengatakan bahwa itu boneka, bukan Ara. Tentu Kamira
marah-marah dan menggamuk. Perih Ma? Iya, aku hanya bisa menangis di balik
pintu pada waktu itu.
Sudah Ma, Puri ini memang tempat terbaik
untuk kepulihan Kamira. Dia memerlukan perawatan yang ahli. Prosesnya memang
lama, kata psikiater yang merawatnya. Tetapi kita harus sabar, optimis dan
selalu berdoa. Kamira pasti kembali Ma, kembali kuat seperti dahulu.
Kamira anak yang baik dan membanggakan,
selalu Ma. Dahulu sampai sekarang. Lihat, setidaknya saat ini ia terlihat
begitu bahagia.
2 komentar:
wewwwww....
apik mb!
hehe. Nuwun..
Posting Komentar