Follow Us @soratemplates

15/02/12

Simbol "Ikhwan-Akhwat"


Pertama kali saya mengenal kata 'Ikhwan-Akhwat' dan 'Akhi-Ukhti' adalah waktu SMA. Waktu itu SMA saya adalah SMA negeri yang terkemuka. Disana ada mentoring keagamaan yang diwajibkan. Mentor diambil dari salah satu LSM yang ada di kota saya. Apakah LSM ini independent? hahaha... tentu tidak. Apa yang terjadi di SMA ku sama dengan yang tejadi di SMA-SMA seluruh Indonesia.

Waktu SMA oke-oke saja dipanggil Ukh, Ukhti, atau akhwat. Karena saat itu belum tahu sejarahnya, dan anggapanku itu hanya panggilan. Panggilan yang membedakan anak rohis dan bukan (??).

Lulus dari SMA, saya benar-benar lepas dari jeratan mentoring. Ya, Jeratan. Sulit tau lepas untuk keluar dari sana. Ada sistem transfer antara mentoring SMA ke kuliah. Secara selama 3 tahun di SMA saya rajin ikut mentoring bahkan ditambah mentoring di kos (mentor dari LSM yang sama). Tetapi untunglah waktu SMA saya juga mengikuti organisasi Islam Remaja (IRM-IPM) yang membuka mata saya tentang siapa mereka. Merasa terjebak? enggak. Merasa dimanfaatkan? ehm.. enggak terlalu. Dendam? enggak. Bagaimanapun saya telah meraup banyak ilmu dari mereka, dan saya tetap menganggap mereka adalah saudara saya.

Sebenarnya tidak seratus persen juga lepas dari mentoring. Semester satu karena diwajibkan oleh fakultas, maka ikutlah saya dengan mentoring itu. Siapakah mentornya? kalau kali ini mentor diambil dari keluarga muslim di Fakultas, tapi apalah itu tetep aja ada hubungannya dengan XXX, nggak independent. Pada semester satu pula saya juga ditawari untuk mengikuti mentoring (bahasa mereka Liqo, Halaqoh) yang anggotanya lintas fakultas. Karena saya tahu ini bukan mentoring biasa, bukan hanya berbagi ilmu, tetapi untuk pengkaderan, maka.. bye..bye. Tahu latar belakang mereka bukan berarti saya jadi ogah-ogahan mengikuti mentoring. Yakin dah, saya jadi mentii paling rajin, demi ilmu saya ikhlas. Bahkan ketika masa kontrak dengan fakultas habis, mentoring ini tetep jalan, pesertanya menurun dan berganti-ganti, tetapi saya tetep setia. Cuman Mentornya sering sibuk dan gak bisa datang. Perlahan tetapi pasti mentoring ini mati.

Eh, melantur terlalu jauh ya. Oke, kembali ke Ikhwan-Akhwat. Mengapa saya ceritakan hal diatas, karena ini memang ada kaitannya. Kelompok yang menyelenggarakan mentoring itulah yang pertama kali mempopulerkan sebutan 'Ikhwan-akhwat' dan 'akhi-ukhti'. Sebanarnya ini untuk menyebutkan orang-orang yang merupakan anggota dari mereka. Dengan sebutan istimewa itu maka ada sense of belongging, merasa persaudaraan semakin erat.

Namun pada akhirnya, tujuan mulia itu akhirnya bergeser juga menjadi simbol golongan tertentu.. Perhatikan beberapa penggalan kalimat ini :

"dia akhwat bukan sih?"
"Ikhwan kok kayak gitu ya pakaiannya?"
"Pakaiannya udah ukhti-ukhti"


nah, apa yang terlintas di pikiran anda?
Padahal Akhwat itu merujuk pada saudara perempuan dalam jumlah banyak,Ikhwan juga merujuk pada saudara laki-laki dalam jumlah banyak. Dan yang dimaksud saudara disini bisa saudara sedarah ataupun saudara seiman. Kalau jelas dia Muslim/muslimah maka mengapa harus ada pertanyaan seperti diatas?

Saya sedikit tergelitik ketika teman saya mengomentari papan pengumuman yang bertuliskan "Khusus Akhwat" , teman saya yang putri bilang "jangan ikut itu, itukan buat akhwat, kita kan bukan akhwat".. Nah..

Saat kuliah kata-kata panggilan itu semakin sering saya dengar, dan ketika orang-orang mulai tau kalau saya sudah lepas dari mentoring yang untuk pengkaderan dan masuk organisasi mahasiswa yang bukan organisasi yang diikuti ikhwan-akhwat itu, maka semakin jarang saya dipanggiil ukhti atau akhwat. Dan pun sekarang, aku juga tidak akan menoleh jika dipanggil Ukhti.

Temanku yang belajar sastra arab pernah berkomentar dalam suatu status FB :
"Akhwat: saudara perempuan dalam jumlah banyak dlm bahasa Arab.
Kalau mau menyebut khusus perempuan, pake kata "Mar'ah" atau "Mar'atun" aja.
Agak gimana gitu kalo pake kata akhwat, pelencengan kosakata Arab di bhs Indonesia. :("


dia juga menambahkan, kalau paggilan itu juga digunakan untuk simbol keislaman. Kalau udah dipanggil ukhti/akhi udah kelihatan alim.


Berbagai variasi dalam memanggil ternyata digunakan sebagai simbol dan ciri khas suatu gerakan/organisasi: Akhi/ukhti dan ikhwan/akhwat, Muslim/muslimah, Mukminin/Mukminat, muslimin-muslimat. Panggilan-panggilan itu merujuk pada organisasi Islam yang berbeda. Jadi, dia "orang mana' bisa dilihat dari bagaimana cara temannya (sekufu) memanggil.

It's just a comment.
Luruskan bila ada yang salah.

5 komentar:

Unknown mengatakan...

sepakat mbak sepakat,,
cuman simbol :)

Indiana Malia mengatakan...

komenku mau mlebu ra mbak?

Unknown mengatakan...

nunaminoz : Yeph. Dont judge people from the cover :)

Zakia : Sing iki mlebu..

Indiana Malia mengatakan...

jIah...wes komen dowo2 jare --"

Intinya:
Wah, saya juga "terperosok" ke lembaga XXX itu lho. Bahkan masih lanjut sampe sekarang. Lha piye, saya kekeringan alias dehidrasi,hahahaha. Ayo tho mbk, neng IMM enek ngajine ngunu lho....
Yang satunya lagi, belum bisa lepas. Atau lebih tepatnya, ga ngerti gimana caranya agar bisa lepas >.<

Anonim mengatakan...

ukhti yuar..
*ngetes, noleh nggak*