Follow Us @soratemplates

24/02/12

Terbanting


Dia mulai melangkah maju, mendekatiku...
Matanya... Matanya menusuk kedalam mataku, iya dia mencengkeramku.
Dia semakin cepat, langkahnya begitu tegas beraturan,
Mulutnya mengkerut menahan geram, tangannya menggengam.

Aku tak bisa lari, tidak. Ini lorong terlalu terlalu sempit, terlalu kotor, terlalu sepi, cuma aku dan dia disini.
Aku merasa tekunci, terpojok.

Apa daya, aku hanya bisa diam, menunduk menghindari tikaman tatapanya,
Pasrah pada apa yang akan terjadi.
Suara langkah kakinya semakin keras.
Takut!
Tapi tak dapat berbuat!
Aku merasakan sekujur tubuhku mendingin,
Perutku mulas luar biasa,
Aku benar -benar tidak dapat berfikir.

Apa ini? mau apa orang itu?
Samar aroma tubuhnya semakin kentara,
Lorong sisiku berada semakin gelap tertutup bayangan tubuhnya,
Aku menunduk semakin dalam.

Sat. Dia kini di depanku, aku lihat sepasang sepatu tepat berhadapan dengan sepatuku.
Rasa takut semakin menjadi, di mencengeram kedua lenganku, kencang. Kencang sekali,
Bruk... bruk... didorongnya tubuhku ke dinding lorong dengan kedua tangannya yang tak pernah lepas dari kedua lenganku.
Bruk... sekali lagi dia mendorongku.
Rasanya aku ingin menangis, berteriak lalu lari sekencang-kencangnya.

Tangan kanannya lepas dari bahuku, berpindah,
Dia mengangkat daguku, memaksaku untuk melihatnya.
Matanya... oh... matanya sungguh mengerikan,
'Kamu...'
katanya dengan geram.
'Kamu mau mencoba menjadi siapa?'

Hening. Aku merasakan waktu berhenti berdetak.
Memoriku terbang ke masalalu...
'Aku... ' jawabku lirih

Ada sesuatu dimataanya yang tidak aku pahami, aku mencari tahu di dalamnya,  terus menatapnya.
'Aku menjadi siapa...?'
Otakku berputar-putar,
Aku menyadari sesuatu, ya, aku tahu sekarang. Aku tahu.

Dia melepaskan tanggannya dan pergi.
Aku terus mengikuti arah bayangannya, hingga ia hilang di balik lorong.

Tidak ada komentar: