Follow Us @soratemplates

25/02/12

Jubah dan Peci yang Mereka Pakai...

Suatu hari saya pernah bercengkrama dengan salah seorang teman, sama-sama wanita. Dan, as usual kita membicarakan : Cowok! Tapi saya tidak membahasa hal sesempit ini, cowok-cowok yang kita bicarakan merupakan sampel dari masyarakat kita, bil khusus para mahasiswa yang ada di sekitar saya.

Pagi-pagi teman saya mengirim pesan singkat ke handphone saya, bunyinya kurang lebih seperti ini :
"Enak ya jadi ustadz, tinggal pakai koko, peci, dan bicara yang lembut di depan ibu-ibu"
Aku balas pesan itu dengan menanyakan  ada angin apa sehingga membuatnya berfikir seperti itu, kemudia ia menjawab bahwa ia barusan melihat 'glamor'-nya ustadz-ustadz TV. 

Teringat kembali percakapan kita jauh sebelum kejadian ini, kita melihat orang-orang disekitar kita, berkoko, jenggot, clana kain, dahi hitam seperti memar, orang seperti itu dalam asumsi kita terlihat : alim. Entah, kita salah berasumsi atau apa. Tetapi saya rasa semua orang akan setuju dengan asumsi kita. Ditambah lagi mereka mengikuti gerakan dan kajian sana-sini. Kemudian asumsi itu berlanjut pada keyakinan bahwa mereka pasti baik hati, tidak sombong, patuh pada orang tua, dan lembut kepada wanita.

Namun ternyata, seperti mereka tidak pernah mengerti apa yang mereka pelajari saat ini. Kami berdua benar-benar sudah LUNTUR HABIS rasa hormat kita dengan orang yang 'penampakan luar' nya seperti itu.

In case, ada satu cerita tentang lelaki seperti itu namun begitu mudah mempermainkan wanita -gonta-ganti pasangan-, kemudian beberapa teman saya juga bercerita bahwa ia disakiti oleh orang yang seperti itu. Dan ini bukan hanya cerita dari saya atau teman saya tadi, tetapi teman-teman saya yang lain. Tidak satu-dua, dalam kasus orang disekitarku, lebih dari lima orang dengan ciri yang sama dengan perbuatan yang sama. Maka kami membuat kesimpulan : 

"Mereka berpenampilan seperti itu hanya untuk menarik simpati wanita, buktinya mereka akan sangat baik dan memesona wanita yang baru dikenalnya. mendekatinya hingga wanita itu benar-benar tertarik. Namun mereka sama sekali tidak berani bertanggung jawab. Mereka hanya senang jika dikerubungi banyak wanita"


Mungkin kamu ingin mengatakan 'semua lelaki kayak gitu kaliiii....'
Aku tidak tahu. Toh, ini in case.

Lanjut, tanpa sengaja aku melihat televisi dan melihat siaran ulang maiyah cak Nun. Dan dengan sangat kebetulan membahas tentang itu. 

"Itu lah kalau input dijadikan output, orang sholat, sedekah, ngaji itu kan input, outputnya kan akhlaknya. Yang terlihat dari luar kan perilkunya. Kalau jaman sekarang beda, yang dilihat-lihatkan bagaimana ia solatnya, ngaji dimana, hafal berapa ayat, pakaiannya. Kayak sepeda motor, inputnya mesinnya, bahan bakarnya, olinya, outputnya kan performannya, ya masak yang dipamerin mesinnya tapi nggak ngeliat performanya?"

Apa hubungannya dengan cerita diatas? Coba pikir! he..


Tidak ada komentar: